Tautan-tautan Akses

Bisnis Tata Rias Pengantin Diaspora Indonesia di AS Terimbas Pandemi


Merias untuk pengantin Indonesia. (foto courtesy)
Merias untuk pengantin Indonesia. (foto courtesy)

Menikah pada musim semi? Tentu menyenangkan karena indah dan suhu yang mulai hangat. Tetapi apakah akan banyak pernikahan ketika pandemi belum sepenuhnya berlalu? Diaspora Indonesia yang punya bisnis sebagai penata rias di AS, biasanya sibuk dengan banyaknya pesanan untuk rias pengantin. Tetapi dalam setahun ini mereka mengeluh karena bisnisnya sepi.

Aneka bunga berwarna-warni bermekaran dengan cantiknya. Suara burung berkicau di mana-mana menyambut datangnya musim semi dan suhu yang hangat. Keindahan alam mengambil alih dan menggantikan musim dingin yang terasa suram.

Tak heran musim semi dalam budaya orang Amerika menjadi musim yang diidamkan oleh pasangan yang sedang jatuh cinta untuk mengikat janji pernikahan. Namun musim semi dalam suasana yang masih diliputi oleh pandemi, menjadikan banyak pasangan menunda pernikahan mereka.

“Banyak sekali booking pernikahan dibatalkan untuk spring (musim semi) ini. Kalau kita lihat cancelation kami itu hampir 65% dari bisnis. Walaupun mereka harus memakai masker, berjaga jarak, dsb, banyak orang yang tidak mau melakukan itu. Jadi hanya beberapa wedding yang masih berjalan”.

Erna Widayati bersama suaminya, Patrick (foto courtesy)
Erna Widayati bersama suaminya, Patrick (foto courtesy)

Itulah penuturan Erna Widayati, 66 tahun yang mempunyai bisnis tata rias wajah, terutama untuk pengantin. Pekerjaan yang telah ia tekuni lebih dari 30 tahun itu, kini berkembang seiring dengan bisnis penyewaaan mobil limousine yang ia kelola bersama suaminya, Patrick Matthyssens.

“Biasanya kalau menyewa limo untuk wedding itu menjadi tradisi. Jadi kalau wedding itu makin nikmat kalau pakai limo, jadi mereka berfoto-foto dulu sebelum melakukan upacara pernikahan itu sendiri.”

Erna Widayati dan suaminya, Patrick, berpose di depan mobil limo (foto courtesy)
Erna Widayati dan suaminya, Patrick, berpose di depan mobil limo (foto courtesy)

Erna yang telah tinggal di Amerika sejak tahun 1980 itu, hampir semua pelanggannya orang Amerika. Namun dalam setahun sejak pandemi merebak, bisnisnya menurun drastis meskipun sudah semakin banyak orang divaksinasi.

Dua sampai tiga pesanan seminggu

Pada musim semi sebelum pandemi, ia mendapat pesanan rias pengantin berikut penyewaan limo setidaknya 3 bulan hingga setahun sebelum hari pernikahan. Seminggu bisa mendapat pesanan rias antara dua hingga tiga pengantin.

Erna Widayati merias wajah untuk pengantin (foto: courtesy)
Erna Widayati merias wajah untuk pengantin (foto: courtesy)

Namun sekarang ia menambahkan, “Mungkin sebulan hanya ada dua pesanan. Juga jarang sekali disewa oleh orang Indonesia, entah itu sewa limo maupun rias pengantin. Jarang sekali orang Indonesia pakai saya,” ujarnya.

Lain halnya dengan Yvonne Waney Maneking, 63 tahun, yang menjadi perias wajah dan penata rambut di Virginia. Selain bekerja di sebuah salon, Yvonne yang juga menerima pesanan tata rias wajah dan rambut, bahkan menolak untuk merias wajah selama pandemi ini. Apa alasannya?

Yvonne menata rambut di salon (foto: courtesy)
Yvonne menata rambut di salon (foto: courtesy)

“Kalau menata rambut, kita berdirinya bisa agak jauh, bisa highlight atau menyanggul. Tetapi kalau untuk merias wajah orang, buat saya sendiri, saya masih mikir. Saya tidak menerima untuk dandan pengantin selama pandemi ini. Kalau untuk rambut saya masih menerima sekali-sekali,” jelas Yvonne.

Jika bisnis Erna bisa dikatakan 95 % pelanggannya adalah orang Amerika, Yvonne juga banyak menata rambut orang Amerika. Sementara untuk rias pengantin ala Barat, Yvonne yang semula bekerja di House of Guerlain di Plaza Indonesia, cukup banyak menerima pesanan rias wajah untuk warga Indonesia.

Salah satu kreasi tata rambut karya Yvonne (foto courtesy)
Salah satu kreasi tata rambut karya Yvonne (foto courtesy)

“Kalau customer saya untuk menata rambut kebanyakan orang Amerika, tapi kalau untuk dandan pengantin, kebanyakan orang Indonesia. Kalau cuma acara-acara pertunangan orang Amerika suka dandan sendiri. Tapi kalau dandan rambut mereka ke salon. Sedangkan orang Indonesia benar-benar memperhatikan sekecil-kecilnya, baik rambut maupun wajah”, jelas Yvonne.

Masyarakat Indonesia di sini sering memberi rujukan dari mulut ke mulut, jika mereka menginginkan rias pengantin ala Barat oleh diaspora Indonesia, ujar

Veronica Andries Pandi (Vera), salah seorang Indonesia yang pernah dirias pengantin oleh Yvonne.

“Yvonne bagus banget dia, make up-nya bagus, alami. Yvonne yang merias saya dulu. Rias tata rambut dan make upnya jadi sekalian”, kata Vera.

Vera Pandi dalam rias pengantin Yvonne (foto courtesy)
Vera Pandi dalam rias pengantin Yvonne (foto courtesy)

Yvonne Manekin dan Erna Widayati sama-sama berharap agar pandemi cepat berlalu supaya bisnis menata rambut dan tata rias wajah yang setahun terakhir ini sepi, membaik kembali.

Kini Erna sedang sibuk mempromosikan lagi bisnis rias pengantinnya, agar ketika pandemi berakhir, orang-orang yang akan menikah bisa melirik ke bisnisnya. Sementara bisnis penyewaan limousinenya, Time Advantage yang ia dirikan sejak tahun 2011, sudah mulai mendapat pesanan pada musim panas depan. [ps/em]

Kisah Rantau: Bisnis Rias Pengantin Diaspora Indonesia Terimbas Pandemi
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:05:00 0:00


XS
SM
MD
LG