Tautan-tautan Akses

Petugas Pemilu 2019, Rela Fisik Tumbang Hingga Nyawa Melayang


Aksi demo di depan kantor KPU Solo, Jumat (26/4). (Foto: VOA/Yudha)
Aksi demo di depan kantor KPU Solo, Jumat (26/4). (Foto: VOA/Yudha)

Jumlah petugas Pemilu 2019 yang meninggal atau yang jatuh sakit karena kelelahan terus bertambah. Di sisi lain, ada kelompok yang menuding Penyelenggara Pemilu 2019 bertindak curang.

Sekitar 100 orang dari berbagai elemen ormas di Solo dan sekitarnya menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) kota Solo, Jumat siang (26/4). Barikade kendaraan taktis polisi dan TNI serta kawat berduri memblokade massa di depan pagar gerbang pintu masuk KPU Solo tersebut.

Teriakan Pemilu curang terdengar dari berbagai orasi yang dilakukan secara bergantian. Juru bicara aksi tersebut, Endro Sudarsono mengungkapkan aksi ini sebagai bentuk kritik pada penyelenggaraan pemilu 2019.

Petugas Pemilu 2019: Demi Demokrasi, Rela Fisik Tumbang Hingga Nyawa Melayang
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:05:36 0:00

“Dari media massa kita saksikan temuan berbagai daerah, ada KPPS mencobloskan sendiri surat suara pemilih, surat suara sisa dicoblosi, surat suara, lembaran surat C1, dan kotak suara dibakar, dan saat ini pasca pemilu sering terjadi kesalahan entry data. Itu semua harus diinvestigasi KPU, ya kalau para pelaku pelanggaran itu, bisa ditindak tegas dengan UU Pemilu,” jelasnya.

Lebih lanjut Endro mengungkapkan keprihatinannya pada petugas Pemilu yang jatuh sakit hingga yang meninggal dunia karena kelelahan.

Tidak jauh, berjarak sekitar empat kilometer, masih satu kecamatan dengan kantor KPU Solo yang menjadi lokasi aksi demonstrasi seratusan orang itu, ada keluarga yang masih berduka. Tenda dari lembaran plastik dan tumpukan kursi plastik masih tertata di depan pintu rumah bertembok semen tanpa cat warna itu.

Bayi merengek. "Ya nak.... ya nak, sebentar..." Suara bayi menangis.

Istri Pamuji, Hartini, menunjukkan foto suaminya, petugas TPS 70 Nusukan Solo yang meninggal saat proses Pemilu 2019 akhir pekan lalu. (Foto: VOA/Yudha)
Istri Pamuji, Hartini, menunjukkan foto suaminya, petugas TPS 70 Nusukan Solo yang meninggal saat proses Pemilu 2019 akhir pekan lalu. (Foto: VOA/Yudha)

Hartini hanya bisa memandang foto suaminya, Pamuji Ruswandi, petugas keamanan TPS 70 Nusukan Solo yang meninggal akhir pekan lalu, Sabtu (20/4), tiga hari usai pemungutan suara di TPS. Salah satu anaknya yang berusia satu setengah tahun tampak merengek minta digendong. Hartini mengungkapkan suaminya itu, tiga hari tidak beristirahat dan terlihat kelelahan. Menurut Hartini, suaminya tidak memiliki riwayat penyakit.

“Suami saya tugas di TPS 070 Nusukan sebagai petugas keamanan, dapat bayaran 450 ribu rupiah. Baru pemilu ini dia ikut tugas di TPS. (Dia) kelelahan karena tidak terbiasa tugas sampai berhari-hari. Tiga hari dia tidak istirahat, tidak tidur. Di TPS dia bantuin beres-beres, cuma duduk-duduk. Ya penyebabnya tidak tidur itu. Tiga hari tidak tidur. TPS selesai sampai pagi, bantuin beres-beres di TPS, terus malamnya ikut ronda di kampung, hari berikutnya ikut tasyakuran Pemilu lancar. Dia ngakunya makan tengkleng sapi, sedikit, pas pulang ke rumah, mau mandi, pas mau ke kamar mandi dia merasa dadanya sakit, sesak, terus terjatuh. Saya bawa ke rumah sakit, nggak tertolong. Serangan jantung kata dokternya, padahal gak ada riwayat,” jelasnya.

Rekan Pamuji, Agus Heri Pamungkas, KPPS 6 TPS 70 Nusukan, mengatakan mendiang tidak mengeluh sakit atau lelah selama proses pemungutan hingga rekapitulasi suara dan pengawalan menuju tingkat kecamatan.

Istri Pamuji, Hartini, menggendong anaknya yang berusia satu setengah tahun di pintu gang menuju rumahnya di Cengklik Nusukan Solo. (Foto: VOA/Yudha)
Istri Pamuji, Hartini, menggendong anaknya yang berusia satu setengah tahun di pintu gang menuju rumahnya di Cengklik Nusukan Solo. (Foto: VOA/Yudha)

“Iya, saya tugas satu TPS dengan Pamuji. Dia petugas keamanan TPS, saya KPPS 6, yang menjaga kotak suara, mengarahkan pemilih usai mencoblos ke kotak suara. Pamuji bekerja keras, berjaga sebagai pengamanan TPS. Petugas siap jam 6 pagi pas hari H hingga selesai rekapitulasi jam 5 pagi hari berikutnya, kemudian diserahkan seluruh hasil coblosan, rekapitulasi dan peralatan dibawa ke proses selanjutnya, dihitung lagi, dicocokkan. Selama itu, Pamuji tidak mengeluh sakit atau lelah, saya kaget juga dia meninggal mendadak seperti itu,” katanya.

KPU Solo Jawa tengah menyatakan ada dua orang petugas tingkat TPS yang meninggal dunia dan lima lainnya masih dirawat di rumah sakit karena faktor kelelahan. Ketua KPU Solo, Nurul Sutarti, mengungkapkan tim medis disiapkan di berbagai lokasi proses rekapitulasi suara untuk mengantisipasi gangguan kesehatan yang dialami para petugas Pemilu.

Suasana aksi demo di depan kantor KPU Solo, Jumat (26/4). (Foto: VOA/Yudha)
Suasana aksi demo di depan kantor KPU Solo, Jumat (26/4). (Foto: VOA/Yudha)

“Pemkot memfasilitasi penyediaan tim medis di lokasi rekapitulasi penghitungan suara. Saat ini ada paramedis dan juga lengkap dokternya memeriksa kesehatan para petugas di sana, penyelenggara Pemilu termasuk para saksi,” kata Nurul Sutarti.

Pamuji hanya satu dari 230 lebih petugas Pemilu 2019 yang meninggal dunia. Sedangkan jumlah petugas KPPS yang sakit mencapai lebih dari 1.700 orang. Jumlah tersebut terus bertambah, karena proses rekapitulasi suara masih berlangsung. Pemerintah berencana akan memberikan santunan bagi petugas Pemilu 2019 yang meninggal dan mengevaluasi pemilu serentak Pilpres dan Pileg yang berlangsung tanggal 17 April lalu sebagai pertimbangan untuk merencanakan kebijakan terkait penyelenggaraan pemilu pada masa mendatang. [ys/lt]

XS
SM
MD
LG