Tautan-tautan Akses

Prabowo: Pertahanan dan Keamanan Indonesia Sangat Rapuh dan Lemah


Capres 02 Prabowo Subianto berbicara pada acara debat Sabtu malam (30/3) di Jakarta.
Capres 02 Prabowo Subianto berbicara pada acara debat Sabtu malam (30/3) di Jakarta.

Calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto, menilai kondisi pertahanan dan keamanan Indonesia berada pada titik yang lemah dan juga rapuh. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan anggaran pertahanan yang minim.

Calon presiden nomor urut dua Prabowo Subianto menyatakan kondisi pertahanan dan keamanan di bumi pertiwi masih jauh dari yang diharapkan, karena anggaran pertahanan dalam APBN masih sangat kecil porsinya. Ia menilai anggaran kecil ini karena negara tidak punya uang, karena larinya aset Indonesia ke luar negeri.

Dengan pertahanan dan keamanan negara yang rapuh ini, kata Prabowo, Indonesia tidak memiliki kekuatan militer yang kuat untuk bisa mengantisipasi gangguan yang mengancam kedaulatan negara. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa politik diplomasi luar negeri yang bagus pun tidak akan ada artinya, kalau pertahanan dan keamanan negara masih dalam kondisi yang jauh dari yang diharapkan.

“Jadi masalah pertahanan keamanan ini saya kira, maaf mungkin Pak Jokowi dapat berisik-berisik yang kurang tepat. Jadi Rp107 triliun itu ya lima persen dari APBN kita atau 0,8 persen dari GDP kita. Padahal Singapura itu, anggaran pertahanannya 30 persen dari APBN nya, tiga persen dari GDP nya. Saya hanya mengatakan saya pengalaman Pak di tentara. Budaya ABS (asal bapak senang,red) banyak Pak, kalau ketemu panglima, Pak aman semua pak, terkendali semua, radar cukup. Tidak benar Pak! Saya tidak menyalahkan bapak, ini budaya Indonesia, ABS. Jadi mohon kita kaji. Pertahanan sangat penting, kita tidak mau mengancam siapa pun, tapi kita lemah Pak, mungkin Menteri bapak sudah beri tahu gak berapa peluru yang dibutuhkan kalau kita perang,” ujar Prabowo dalam debat capres, di Jakarta, Sabtu (30/3).

Menanggapi hal tersebut, capres nomor urut satu, Joko Widodo menjamin bahwa pertahanan dan keamanan negara Indonesia sudah terjaga dengan baik. Ia sudah memerintahkan kepada TNI untuk membuat gelar pasukan yang terintegrasi, seperti contohnya membangun divisi tiga, di mana personil TNI menjaga titik-titik terpinggir di Indonesia dengan sangat baik.

Capres 01 Joko Widodo dan Capres 02 Prabowo Subianto saling memberi hormat disaksikan Ketua KPU Arief Budiman pada acara debat di Jakarta, Sabtu (30/3).
Capres 01 Joko Widodo dan Capres 02 Prabowo Subianto saling memberi hormat disaksikan Ketua KPU Arief Budiman pada acara debat di Jakarta, Sabtu (30/3).

Mantan walikota Solo ini juga mengatakan, pihaknya menjaga pertahanan dan keamanan negara dengan teknologi informasi seperti kerjasama investasi dengan negara lain dalam hal modernisasi alutsista, karena terbatasnya anggaran dan juga penempatan radar baik di udara maupun laut.

“Radar maritim kita, radar udara kita, sudah menguasai seluruh wilayah kita 100 persen. Ada 19 titik radar udara kita yang telah terkoneksi. Ada 11 titik radar maritim kita di samudra yang telah terkoneksi. Mengenai anggaran, di Kemenhan sudah Rp107 triliun atau anggaran terbesar kedua setelah Kementerian PU. Artinya perhatian kita terhadap pertahanan bukan main-main! Bahwa masih ada proses yang kurang inilah yang harus kita perbaiki sebagai pemimpin, saya optimis dengan penguasaan radar udara dan maritim yang sudah 100 persen siapapun yang masuk ke teritori kita akan ketahuan,” jelas Jokowi.

Anggota TKN Jokowi-Maruf, Yenny Wahid, mematahkan pernyataan Prabowo bahwa Indonesia dari segi pertahanan dan keamanan lemah. Faktanya berdasarkan data dari lembaga Global Firepower Index yang menghitung kekuatan militer di negara-negara, kekuatan militer Indonesia merupakan yang terkuat di ASEAN.

Prabowo: Pertahanan dan Keamanan Indonesia Sangat Rapuh dan Lemah
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:04:43 0:00

“Kalau anggaran itu menjadi salah satu ukuran tentang keperkasaan sebuah militer dari sebuah negara, maka Indonesia jauh melampaui Singapura. Kenapa karena di kawasan ASEAN, Indonesia adalah kekuatan militer yang dianggap paling kuat, ini menurut Global Firepower Index – sebuah lembaga yang menghitung kekuatan militer di semua negara. Di ASEAN, Indonesia ini dianggap sebagai kekuatan super power. Kalau ukuran militernya. Indonesia ranking 15 dunia, di ASEAN nomor satu. Singapura saja di nomor 59 rangking dunia. Indonesia bahkan dianggap jauh lebih kuat dari Australia. Jadi di sini kita melihat bahwa bacaan data-datanya Pak Prabowo, banyak yang keliru, dan kalau kemudian datanya keliru, bagaimana bisa mengambil keputusan yang strategis kedepan,” jelas Yenny.

Capres 02 Prabowo Subianto berbicara sementara Capres 01 Joko Widodo mendengarkan pada acara debat Sabtu malam (30/3) di Jakarta.
Capres 02 Prabowo Subianto berbicara sementara Capres 01 Joko Widodo mendengarkan pada acara debat Sabtu malam (30/3) di Jakarta.

Sedangkan anggota BPN Prabowo-Sandi, Suryo Prabowo, mengatakan kekuatan militer Indonesia lemah, karena alutsista yang dimiliki masih belum modern dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Ia menggarisbawahi bahwa membangun kekuatan senjata dalam kekuatan militer di sebuah negara itu sangat penting untuk mengantisipasi serangan yang mungkin didapat dari luar, maka diperlukan anggaran yang lebih besar untuk melakukan modernisasi alutsista TNI.

“Jadi percayalah ada pendewasaan dalam militer untuk sampai jenjang tinggi, sehingga kalau bicara masalah hitung-hitungan strategi, itu ends wish me nya jelas, ketika kita membangun kekuatan senjata, tidak semata-mata karena adanya tidaknya serangan. Amerika tidak pernah berpikir mereka akan diserang, tapi bagaimana menjaga kepentingan dia, di negaranya dan di luar negeri. Kita gak bisa bangun angkatan perang bersenjata ketika kita sedang perang, justru di masa damai. Bung karno dulu kenapa diakui di Asia-Afrika dan sebagainya karena Indonesia kuat bicara apapun didengar, Amerika sekarang bukan negara terkaya, tapi terkuat sehingga dia bisa memaksakan kehendaknya,” papar Suryo.

Debat capres Sabtu malam (30/3) adalah debat keempat yang mengupas tema pertahanan keamanan, tata pemerintahan dan hubungan internasional. (gi/em)

XS
SM
MD
LG