Dengan dijadwalkannya pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan rekannya dari Turki Recep Tayyip Erdogan pada bulan Agustus, kecemasan meningkat di antara satu kelompok khusus pencari suaka di Turki.
Ribuan umat Islam berbahasa Rusia mengkhawatirkan meningkatnya hubungan baik Turki-Rusia mungkin secara langsung akan mempengaruhi mereka.
Mereka menyebut diri sebagai "Muhajir" istilah bahasa Arab untuk orang-orang yang diasingkan dari negara asal mereka, karena keyakinan agama mereka dan berusaha menetap di negara yang diatur oleh syariah atau hukum Islam.
Karena Turki menegaskan negaranya adalah negara sekuler, ribuan Muslim Rusia mendapat suaka di Turki, setelah lolos dari apa yang disebut kelompok HAM, perlakuan kasar oleh aparat keamanan Kremlin yang kuat . Pemerintah Rusia menuduh banyak dari mereka ekstremis dan bahkan teroris.
Tuduhan-tuduhan itu bertambah kuat ketika panglima perang ISIS asal Chechnya dijuluki otak serangan teroris bulan lalu di bandara Ataturk, Istanbul. Tiga penyerang dikenali sebagai warga negara Rusia, Uzbekistan dan Kyrgyzstan.
Dua warga Rusia lainnya yang ditunjuk oleh Amerika sebagai teroris dunia pada tanggal 13 Juli, termasuk bekas tahanan Guantanamo, Airat Vakhitov, yang terdapat di antara orang-orang yang ditahan di Turki setelah serangan di bandara itu. [ps/ii]