STOCKHOLM —
Penggolongan film di bioskop akan memperlihatkan apakah film tersebut mengandung adegan tanpa busana, seks, kata-kata kasar atau kekerasan.
Sekarang, bioskop-bioskop di Swedia yang berperspektif kesetaraan gender mengenalkan pemeringkatan baru yang menyoroti bias gender, atau ketiadaan perspektif gender.
Untuk mendapatkan peringkat “A”, sebuah film harus lolos tes Bechdel, artinya harus ada sedikitnya dua karakter perempuan yang berdialog satu sama lain tentang topik di luar laki-laki.
“Seluruh film trilogi ‘Lord of the Rings’, semua film ‘Star Wars’, ‘The Social Network,’ ‘Pulp Fiction’ dan semua kecuali satu film ‘Harry Potter’ gagal dalam tes ini,” ujar Ellen Tejle, direktur Bio Rio, sebuah bioskop di distrik Sodermalm yang trendi di Swedia.
Bio Rio adalah salah satu dari empat bioskop di Swedia yang meluncurkan pemeringkatan tersebut bulan lalu untuk menarik perhatian mengenai bagaimana sedikit sekali film yang lolos. Sebagian besar penonton bereaksi positif terhadap inisiatif itu “dan untuk beberapa orang hal itu membuka mata mereka,” ujar Tejle.
Keyakinan mengenai peran perempuan dalam masyarakat dipengaruhi oleh fakta bahwa penonton film jarang sekali melihat “pahlawan super perempuan atau profesor perempuan atau orang yang melalui tantangan menarik dan menanggulanginya,” ujar Tejle, yang menambahkan bahwa pemeringkatan tersebut tidak memperlihatkan kualitas film.
“Tujuannya adalah melihat lebih banyak kisah-kisah dan perspektif perempuan di layar lebar,” ujarnya.
Lembaga Film Swedia yang didanai pemerintah mendorong inisiatif tersebut, yang mulai diikuti pihak-pihak lain. Saluran TV kabel Skandinavia Viasat Film mengatakan akan menggunakan pemeringkatan tersebut dalam resensi-resensi film mereka dan telah menjadwalkan acara “Super Sunday” untuk film-film kategori “A”, seperti "The Hunger Games," ''The Iron Lady" dan "Savages."
Tes Bechdel mengambil namanya dari kartunis Amerika Alison Bechdel, yang memperkenalkan konsep tersebut dalam komiknya "Dykes to Watch Out For" pada 1985. Hal tersebut telah dibahas oleh para feminis dan kritikus film sejak saat itu.
Riset di AS menunjukkan bahwa perempuan tidak terwakili dengan baik di film dan tidak banyak yang berubah dalam 60 tahun terakhir.
Dari 100 film AS pada 2011, 33 persen karakternya perempuan dan hanya 11 persen yang merupakan protagonis, menurut studi dari sebuah lembaga di San Diego. Rasio karakter pria dan wanita dalam film tetap sekitar dua terhadap satu dalam enam dekade terakhir. (AP/Malin Rising)
Sekarang, bioskop-bioskop di Swedia yang berperspektif kesetaraan gender mengenalkan pemeringkatan baru yang menyoroti bias gender, atau ketiadaan perspektif gender.
Untuk mendapatkan peringkat “A”, sebuah film harus lolos tes Bechdel, artinya harus ada sedikitnya dua karakter perempuan yang berdialog satu sama lain tentang topik di luar laki-laki.
“Seluruh film trilogi ‘Lord of the Rings’, semua film ‘Star Wars’, ‘The Social Network,’ ‘Pulp Fiction’ dan semua kecuali satu film ‘Harry Potter’ gagal dalam tes ini,” ujar Ellen Tejle, direktur Bio Rio, sebuah bioskop di distrik Sodermalm yang trendi di Swedia.
Bio Rio adalah salah satu dari empat bioskop di Swedia yang meluncurkan pemeringkatan tersebut bulan lalu untuk menarik perhatian mengenai bagaimana sedikit sekali film yang lolos. Sebagian besar penonton bereaksi positif terhadap inisiatif itu “dan untuk beberapa orang hal itu membuka mata mereka,” ujar Tejle.
Keyakinan mengenai peran perempuan dalam masyarakat dipengaruhi oleh fakta bahwa penonton film jarang sekali melihat “pahlawan super perempuan atau profesor perempuan atau orang yang melalui tantangan menarik dan menanggulanginya,” ujar Tejle, yang menambahkan bahwa pemeringkatan tersebut tidak memperlihatkan kualitas film.
“Tujuannya adalah melihat lebih banyak kisah-kisah dan perspektif perempuan di layar lebar,” ujarnya.
Lembaga Film Swedia yang didanai pemerintah mendorong inisiatif tersebut, yang mulai diikuti pihak-pihak lain. Saluran TV kabel Skandinavia Viasat Film mengatakan akan menggunakan pemeringkatan tersebut dalam resensi-resensi film mereka dan telah menjadwalkan acara “Super Sunday” untuk film-film kategori “A”, seperti "The Hunger Games," ''The Iron Lady" dan "Savages."
Tes Bechdel mengambil namanya dari kartunis Amerika Alison Bechdel, yang memperkenalkan konsep tersebut dalam komiknya "Dykes to Watch Out For" pada 1985. Hal tersebut telah dibahas oleh para feminis dan kritikus film sejak saat itu.
Riset di AS menunjukkan bahwa perempuan tidak terwakili dengan baik di film dan tidak banyak yang berubah dalam 60 tahun terakhir.
Dari 100 film AS pada 2011, 33 persen karakternya perempuan dan hanya 11 persen yang merupakan protagonis, menurut studi dari sebuah lembaga di San Diego. Rasio karakter pria dan wanita dalam film tetap sekitar dua terhadap satu dalam enam dekade terakhir. (AP/Malin Rising)