Inflasi Chian meningkat jadi 2,3 persen di bulan Februari, didorong oleh peningkatan harga-harga barang pangan, namun masih dibawah target resmi pemerintah untuk tahun ini.
Harga-harga konsumen sebagaimana dilaporkan pada hari Kamis meningkat 1,8 persen dibandingkan bulan Januari. Harga-harga bahan pangan meningkat 7,3 persen, naik dari peningkatan bulan sebelumnya sebesar 4,1 persen.
Inflasi diperkirakan akan berangsur-angsur meningkat tahun ini, meskipun analis mengatakan tampaknya tidak mungkin untuk menyentuh tingkat yang akan menghambat rencana para pemimpin China untuk mendorong belanja pemerintah untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Minggu lalu pemerintah telah menentukan target resmi inflasi untuk tahun ini sebesar 3 persen.
“Melonjaknya inflasi bahan pangan bulan lalu bersifat musiman dan terbukti tidak akan bertahan lama,” ujar Julian Evans-Prichard dari Capital Econmics dalam sebuah laporan.
“Tekanan-tekanan harga di tempat lain mungkin akan mulai terasa dalam kuartal mendatang namun seyogyanya tidak akan bertahan lama hingga dapat menghambat pelonggaran kebijakan.”
Harga-harga dari produsen, yang telah mengalami kemerosotan lebih dari tiga tahun, mengalami kemerosotan sebesar 4,9 persen di bulan Februari dibandingkan tahun sebelumnya, sedikit perbaikan dibandingkan kemerosotan bulan lalu yang berada dalam posisi 5,3 persen.
Harga-harga produsen, melakukan pengukuran saat barang meninggalkan pabrik, telah mengalami tekanan yang disebabkan oleh surplus kapasitas produksi dari sektor-sektor industri seperti besi baja, batubara, semen, dan aluminum selain juga rendahnya harga-harga komoditas di tingkat global.
Kondisi ini telah menyebabkan beberapa perusahaan bangkrut dan mendorong para produsen besi baja untuk mengekspor surplus produksi mereka, yang membuat kesal para mitra dagang China.
Pemerintah sedang berada di tengah-tengah kampanye untuk mengurangi tingkat produksi besi baja dan batu bara dan menyatakan bidang-bidang lain akan menjadi sasaran juga. [ww/hd]