Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha mengatakan pihak berwenang hari Selasa (18/8) mencari “beberapa tersangka” yang terlihat dalam rekaman kamera keamanan di lokasi di mana pemboman di ibukota negara itu menewaskan sedikitnya 22 orang, termasuk seorang warga negara Indonesia, dan melukai 120 lainnya.
Dia mengatakan ada orang-orang yang berusaha menghancurkan Thailand karena berbagai alasan.
Polisi Thailand telah merilis video yang memperlihatkan tersangka pelaku pemboman yang menewaskan setidaknya 22 orang, Senin. Sebagian besar dari korban adalah warga negara asing.
Video yang berasal dari kamera CCTV di luar pura menunjukkan seorang pria berambut gelap mengenakan kaos berwarna kuning cerah duduk dengan santai dan melepaskan ranselnya di bangku, dan melangkah pergi meninggalkan ransel tersebut. Polisi mengatakan ledakan terjadi tidak lama setelah pria tersebut meninggalkan lokasi.
Sementara itu, seseorang meninggalkan sebuah alat peledak di jembatan Raja Taksin di Bangkok, Selasa sore, membuat orang-orang di dermaga feri di dekatnya panik. Video CCTV memperlihatkan alat tersebut meledak di dalam air dan tidak ada orang yang terluka dalam insiden tersebut.
Ledakan tersebut, terjadi kurang dari 24 jam setelah ledakan di pura Erawan, 5 kilometer dari pusat kota Bangkok, membuat warga setempat yang resah semakin khawatir.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas kedua ledakan dan spekulasi marak di media sosial di Thailand.
Tersangka ’masih berada di area'
Pemerintah Thailand memperoleh bantuan dari lembaga-lembaga intelijen internasional untuk menggali informasi mengenai sejumlah kelompok dan apakah kelompok-kelompok tersebut beroperasi di Thailand, namun temuan tersebut belum konklusif, menurut Panitan Wattanayagorn, seorang penasehat bagi Kementerian Pertahanan.
"Kami mencari individu ini atau beberapa individu, setidaknya beberapa orang diyakini polisi masih berada di area ini," ujarnya kepada VOA.
Tidak ada peningkatan keamanan yang terlihat di Bangkok Selasa pagi, tapi di siang hari, semua saluran televisi memperlihatkan lebih dari 10.000 anggota pasukan angkatan darat dan polisi dikerahkan untuk memblokir jalan-jalan dan mendirikan titik-titik pemeriksaan.
Para pejabat Dewan Nasional bagi Perdamaian dan Ketertiban, nama resmi bagi junta militer yang berkuasa sejak kudeta Mei lalu, menyiarkan pernyataan mereka dalam bahasa Thailand, Inggris dan China, meyakinkan warga bahwa Thailand tetaplah aman.
"Upaya-upaya pengacauan ini mungkin didorong motif politik, menarget perekonomian, pariwisata untuk alasan apapun. Pemerintah akan berusaha mencari para pelaku dan membawa mereka ke pengadilan secepatnya," ujar Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha.
Dampak Ekonomi
Dampak ekonominya sudah terasa. Mata uang baht merosot ke tingkat terendah dalam enam tahun terakhir terhadap dolar AS. Investor ramai-ramai melepas saham-saham Thailand Selasa dengan indeks SET ditutup turun 2,56 persen. Pengelola tur-tur wisata membenarkan banyak turis yang membatalkan perjalanan mereka ke Thailand.
Lokasi pura berada di dekat wilayah yang sering menjadi lokasi protes anti pemerintah oleh berbagai faksi politik.
Tahun 2010, golongan anti pemerintah menduduki wilayah tersebut selama berminggu-minggu hingga angkatan bersenjata Thailand mengusir mereka dengan paksa, berakhir dengan aksi pembakaran sejumlah pusat perbelanjaan dan tewasnya beberapa orang. Wilayah ini kembali diduduki oleh kelompok demonstran anti pemerintah lainnya tahun 2014, yang berujung pada tergulingnya pemerintahan Yingluck Shinawatra oleh kudeta militer.
Selama setahun belakangan ini, pemerintahan militer Thailand telah melarang demonstrasi, menangguhkan proses demokrasi dengan bersikeras bahwa negara ini belum siap menggelar pemilu berikut.
Bangkok berduka
Petugas kebersihan terlihat di depan pura Erawan Selasa sore. Turis dan bahkan sejumlah polisi terlihat mengambil "selfie" dengan ponsel mereka, berpose dengan lokasi pemboman sebagai latar belakang mereka.
"Saya turut berduka bagi warga Thailand. Dan saya berdoa bagi mereka yang tewas. Ya, ini mengerikan," ujar seorang turis dari Belgia Pascal Ockerman, yang mengatakan kepada VOA ia sudah dua bulan berada di Thailand dan tidak berencana untuk segera meninggalkan negara ini.
Turis Australia Grace Evan dari Queensland mengatakan pemboman terjadi kurang dari 2 kilometer dari hotelnya.
"Kami lewat pura itu, kami bisa saja berada di sana, karena kami suka mengunjungi kuil-kuil seperti itu," katanya. "Saya berfirasat akan terjadi sesuatu lagi, dan saya benar-benar ingin pulang," imbuhnya.
Para pekerja yang tergantung pada keberadaan wisatawan mengatakan mereka khawatir akan ada ledakan mematikan lainnya yang akan memusnahkan mata pencaharian mereka.
"Saya tidak ingin ini terjadi lagi. Jika sampai terjadi lagi, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan," ujar Nirut Udomlap, seorang tukang ojek di pusat perbelanjaan Central World.
Ia mengatakan setidaknya salah seorang koleganya tewas dalam ledakan hari Senin, sekitar 150 meter dari tempat mangkalnya.
"Sebagian besar pengunjung datang ke sini dengan kelompok-kelompok tur wisata, " ujar Nirut. "Sebagian dari orang dari China, juga dari Thailand sendiri dan Filipina."
Hong Kong telah mengeluarkan peringatan bagi para warganya untuk menghindari perjalanan yang tidak esensial ke Thailand. Banyak pihak di Thailand khawatir pemerintah negara-negara lain dapat mengeluarkan peringatan yang sama kepada warga negara mereka.