Pejabat Thailand mengatakan pemboman kuil di Bangkok Senin malam mungkin sudah direncanakan lebih dari satu bulan sebelumnya oleh sedikitnya 10 orang, termasuk beberapa orang asing. Namun ledakan, yang menewaskan 22 orang dan melukai 120 itu, diyakini tidak dilakukan oleh kelompok teroris internasional.
Junta militer Thailand berusaha meyakinkan pengunjung asing bahwa kelompok-kelompok teror global tidak menarget warga Thailand atau China dalam pemboman Kuil Erawan.
Kamis tengah hari, junta tersebut membuat pengumuman khusus melalui semua saluran TV, yang diulang dalam bahasa Inggris dan Mandarin. Penyiar Pariya Netvichien membaca pernyataan itu dalam bahasa Inggris.
"Lembaga keamanan telah berkolaborasi dengan badan-badan intelijen dari negara-negara sekutu dan telah sampai pada kesimpulan awal yang sama bahwa insiden itu mungkin tidak terkait dengan terorisme internasional dan bahwa wisatawan China bukan target langsung."
Pemerintah pada hari Rabu mengeluarkan surat perintah penangkapan dan merilis sketsa seorang pria asing yang mereka yakini melakukan serangan itu.
Pemuda ramping dan tinggi berkaos kuning itu terlihat di rekaman kamera keamanan dengan tenang berjalan menjauh dari kuil setelah meninggalkan ransel di bawah bangku, sebelum ledakan terjadi.
Para pejabat kepolisian mengatakan sedikitnya dua orang lainnya, satu memakai baju merah dan satu lagi memakai baju putih yang terlihat dalam video CCTV, juga menjadi tersangka dalam serangan itu.
Seorang penasihat kementerian pertahanan, Panitan Wattanayagorn, mengatakan kepada VOA bahwa penyelidikan terkait adalah tugas polisi Thailand dan mereka bisa mengatasinya, untuk saat ini, tanpa bantuan internasional.
"Teknik-teknik tertentu atau analisis tingkat tinggi tertentu dapat diminta, jika diperlukan. Tapi, sejauh ini, pemerintah Thailand sepenuhnya kompeten dalam menangani kasus ini," kata Panitan Wattanayagorn.
Motif serangan itu belum diketahui. Juga tidak jelas apakah tersangka telah melarikan diri dari negara itu. Perdana Menteri Thailand mengatakan serangan itu bisa jadi bermotif politik, dengan tujuan merusak pariwisata atau perekonomian.