Amerika Serikat dan Fiji memulai pembahasan kesepakatan yang memungkinkan pasukan Amerika memperkuat kehadirannya di negara Pasifik tersebut, kata Kepala Pentagon Lloyd Austin pada Sabtu (23/11).
Austin menjadi menteri pertahanan Amerika pertama yang mengunjungi Fiji, dalam kunjungan yang merupakan puncak dari tur Asia-Pasifik singkat melalui Australia, Filipina, dan Laos.
Fiji terletak di tengah persaingan antara Washington dan Beijing, dua kekuatan yang berlomba meraih pengaruh di Pasifik Selatan yang strategis.
Austin menyebutkan bahwa negosiasi terkait perjanjian "status pasukan" bilateral dengan Fiji telah dimulai. Kesepakatan itu akan mengatur ketentuan bagi personel militer yang ditempatkan di negara tersebut.
Perjanjian itu akan membuka jalan bagi "peningkatan latihan" dan "keterlibatan militer-ke-militer", katanya.
"(Perjanjian) ini akan memungkinkan kami untuk mengerahkan dan memindahkan pasukan guna mendukung Fiji, serta membantu kami berlatih bersama Fiji secara lebih rutin," ujar Austin.
Austin menegaskan bahwa "tidak ada rencana" untuk mendirikan pangkalan militer permanen Amerika di Kepulauan Fiji.
"Kami tidak mendiskusikan hal itu," katanya kepada wartawan.
Menurut Departemen Luar Negeri, Amerika Serikat memiliki perjanjian serupa dengan lebih dari 100 negara.
Perdana Menteri Fiji, Sitiveni Rabuka, yang juga mantan komandan militer, menyebut kunjungan Austin sebagai "momen bersejarah dalam hubungan Amerika Serikat dan Fiji."
"Kami semua berdoa agar ini bukan pertanda bahwa kita akan menghadapi tahun-tahun yang berbahaya di masa depan," ujarnya sambil mengenakan dasi bercorak bintang dan garis.
"Kita semua di sini untuk membicarakan perdamaian, dan bagaimana kita menjaga, melindungi, serta mempromosikan perdamaian tersebut."
Rabuka sering dianggap sebagai sosok pro-Barat. Namun baru-baru ini ia melakukan kunjungan panjang ke Beijing, di mana ia menandatangani sejumlah perjanjian bilateral terkait perdagangan, infrastruktur, dan pendidikan bahasa Mandarin. [ah/ft]
Forum