Tautan-tautan Akses

WHO Tunda Laporan Sementara mengenai Investigasi COVID di China


Seorang penjaga yang mengenakan alat pelindung diri terlihat di pintu masuk pusat pengendalian dan pencegahan penyakit pPovinsi Hubei ketika anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyelidiki asal-usul virus corona. (Foto: AFP/Hector Rectamal)
Seorang penjaga yang mengenakan alat pelindung diri terlihat di pintu masuk pusat pengendalian dan pencegahan penyakit pPovinsi Hubei ketika anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyelidiki asal-usul virus corona. (Foto: AFP/Hector Rectamal)

Wall Street Journal melaporkan bahwa para investigator Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang baru-baru ini mengunjungi China - untuk mengetahui asal mula munculnya virus penyebab COVID-19 - tidak akan merilis laporan sementara yang telah dijanjikan mengenai temuan-temuan mereka.

Menurut Journal, yang diterbitkan hari Kamis (4/3), tim WHO memutuskan untuk tidak melansir laporan sementaranya “di tengah-tengah meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Washington.” Sebuah kelompok ilmuwan internasional lainnya telah meminta WHO untuk melakukan penyelidikan baru mengenai asal usul COVID.

Para ilmuwan yang menyerukan penyelidikan baru itu mengemukakan dalam sepucuk surat terbuka hari Kamis bahwa tim WHO “tidak memiliki mandat, kemandirian, atau akses yang diperlukan untuk melakukan investigasi penuh dan tanpa hambatan.”

Para ilmuwan itu juga menyatakan dalam surat mereka bahwa para investigator WHO di China disertai oleh mitra-mitra China mereka.

Sebuah laporan di The Guardian menyebutkan rumah sakit-rumah sakit di Papua Nugini telah kehabisan dana dan “menutup pintu mereka” karena meningkatnya kasus COVID-19. Negara itu telah mencatat 124 kasus baru saja virus corona sepanjang Februari, tetapi hingga 4 Maret sudah tercatat 108 kasus baru.

Badan Pengawasan Makanan dan Obat AS (FDA), Kamis (4/3), mengeluarkan peringatan mengenai perangkat atau pemindai termal yang digunakan banyak bisnis untuk mengukur kenaikan suhu tubuh, suatu gejala terpapar COVID.

Menurut peringatan FDA itu, “penggunaan sistem yang tidak sepatutnya mungkin tidak memberi hasil pengukuran suhu yang akurat karena berbagai faktor.” FDA juga menyatakan telah mengirimkan “beberapa surat peringatan” kepada perusahaan-perusahaan yang “menawarkan sistem pencitraan termal yang tidak diizinkan, tidak jelas, dan tidak resmi untuk dijual.”

Auckland, Selandia Baru, siap melonggarkan lockdown tujuh harinya pada Minggu (7/3), beralih dari kesiagaan level tiga menjadi level dua, karena tidak ada kasus virus corona baru di tengah komunitas yang tercatat pada hari Jumat. Seluruh wilayah lain di negara itu dijadwalkan beralih ke level siaga satu pada hari Minggu (7/3).

Johns Hopkins Coronavirus Resource Center, Jumat (5/3) pagi, menyatakan ada lebih dari 115 juta kasus COVID-19 di seluruh dunia. AS masih berada di tempat teratas dengan catatan hampir 29 juta kasus, diikuti oleh India dengan 11 juta dan Brazil dengan 10,7 juta. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG