Pelibatan masyarakat dalam Gerakan Masyarakat Mandiri Berantas Keong Skistosomiasis (Gema Beraksi) oleh Pemerintah Kabupaten Poso sejak 2018 berhasil mengurangi sebaran habitat keong pembawa penyakit demam keong (skistosomiasis) di dataran tinggi Bada di Kecamatan Lore Barat. Kabupaten Poso berupaya kuat memberantas habis penyakit itu di 2025.
Dalam dua tahun terakhir, empat desa di kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah berhasil mengurangi sebaran lokasi habitat fokus keong oncomelania hupensis lindoensis untuk memutus mata rantai penularan penyakit skistosomiasis atau demam keong. Keong seukuran bulir padi itu menjadi inang dari larva cacing schistosoma Japonicum yang menginfeksi manusia dan hewan mamalia di dataran tinggi Bada dan Napu.
Linus Alipa, Kepala Desa Kageroa Kecamatan Lore Barat di dataran tinggi Bada kepada VOA, Rabu (29/7) menjelaskan sejak 2018, setiap dua pekan sekali, warga masyarakat desa itu bekerja bakti melakukan pembersihan enam lokasi fokus keong yang berada di sekitar pemukiman masyarakat.
Keong pembawa penyakit skistosomiasis dapat dengan mudah berkembang di area yang tergenang air tenang dan dangkal (kedalaman di bawah setengah meter) serta tertutup curahan sinar matahari, seperti saluran air, sawah, kolam danceruk-ceruk tanah yang tidak terawat.
“Beberapa kegiatan kami yaitu di fokus keong tersebut ada tanaman-tanaman masyarakat. Melalui pendekatan dari pemerintah tanaman itu dimusnahkan sehingga tidak menghambat sinar Matahari yang masuk,” jelas Linus Alipa.
Ditambahkannya, dengan memanfaatkan dana desa, pihaknya- membuat saluran air sepanjang 120 meter untuk mencegah air tergenang di lokasi fokus keong tersebut.
Your browser doesn’t support HTML5
Camat Lore Barat Ruly Labulu menjelaskan Gema Beraksi yang diprakarsai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Poso di 2018 menjadi pendorong warga masyarakat di desa Kageroa, Tuare, Tomehipi dan Lengkeka untuk ikut terlibat aktif bersama pemerintah menanggulangi keberadaan habitat keong itu.
“Semua stakeholder yang terlibat disana termasuk dinas pertanian, perikanan, pekerjaan umum yang memang kita sama-sama. Masyarakat juga jadi semangat karena ada dukungan dari semua stakeholder yang ada, ”Jelas Ruly Labulu.
Dikatakannya dari 26 lokasi fokus keong itu, kini tersisa hanya satu lokasi di desa Lengkeka, sementara di tiga desa lainnya tidak lagi ditemukan keong yang mengandung larva cacing Schistosoma tersebut. Upaya penanggulangan lokasi fokus keong itu di desa Lengkeka terkendala oleh dampak banjir bandang pada Maret 2020.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Poso Taufan Karwur mengatakan penurunan jumlah lokasi fokus keong itu berkontribusi terhadap penurunan prevalensi penularan terhadap manusia yangkini mencapai nol persen di Lore Barat. Sebelumnya tingkat prevalensi infeksi kepada manusia di Lore Barat berada pada kisaran 1,9 hingga 2,1 persen.
“Kemudian survei prevalensi terhadap manusia terjadi penurunan yang luar biasa, nol persen, tidak lagi ditemukan penderita skistosomiasis tahun 2019. Ini kemudian tahun 2020, saya juga mendapat laporan survei 2020, prevalensi Schisto di Bada juga tetap nol persen”
Taufan Karwur optimis bahwa upaya pengendalian penularan skistosomiasis di Kabupaten Poso dalam dua tahun terakhir sudah sesuai dengan peta jalan eradikasi penyakit demam keong 2018-2025.
Selain di Lore Barat, upaya pembersihan fokus keong itu juga dilakukan di 19 desa lainnya. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Poso 2018 silam, menunjukkan ada269 lokasi fokus keong tersebut di 23 desa di lima kecamatan.
“Harapan kami supaya gerakan (Gema Beraksi) ini terus dilanjutkan oleh masyarakat hingga benar-benar skistosomiasis tereradikasi, bisa benar-benar dimusnahkan. Karena pekerjaan rumah kita di kabupaten Poso bukan cuma di Lore Barat, masih ada Lore Utara, Lore Timur dan Lore Piore yang ada penurunan infeksi ke manusia tapi belum sampai nol persen,” ungkap Taufan Karwur.
Di Indonesia, skistosomiasis hanya ditemukan di dataran tinggi Napu dan Bada di Kabupaten Poso serta di dataran tinggi Lindu Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. [yl/ab]