Dua perusahaan Indonesia dan satu perusahaan AS, Senin (16/6), di Kedutaan Besar RI di Washington DC, menandatangani MOU untuk menjajaki produksi bersama isotop medis dengan energi nuklir rendah.
WASHINGTON DC —
Penutupan fasilitas nuklir di Eropa dan Kanada mengancam kelangsungan produksi isotop medis, bahan radioaktif yang digunakan pada peralatan medis seperti pemindai MRI agar berfungsi dengan baik.
Penurunan produksi isotop medis juga membuat layanan kesehatan jutaan pasien bisa terganggu. Dua perusahaan Indonesia dan satu perusahaan Amerika baru saja menandatangani MOU untuk mengatasi masalah kelangkaan ini.
Perusahaan PT. Industri Nuklir Indonesia (INUKI) dan IPTN North America (INA), anak perusahaan PT Dirgantara Indonesia di Amerika, hari Senin 16 Juni 2014 di Kedutaan Besar RI di Washington DC menandatangani MOU dengan perusahaan Amerika, Shine Medical Technology. Ketiga perusahaan tengah menjajagi produksi bersama isotop medis dengan energi nuklir rendah.
Ketiga perusahaan sepakat untuk membahas lebih jauh investasi INUKI dan INA dalam rencana pembangunan pabrik Molybdenum-99 (Moly-99). Moly-99 kemudian diubah menjadi bahan untuk pencitraan diagnostik. Bahan ini digunakan untuk membuat isotop medis yang digunakan dalam proses 40 juta MRI di seluruh dunia.
Menteri BUMN, Dahlan Iskan yang turut menyaksikan penandatanganan MOU mengatakan, Indonesia tertarik bekerjasama dengan Shine Medical Technology karena perusahaan tersebut adalah penemu sistem teknologi medis baru.
"Jadi mereka keahliannya memproduksi neutron yang tidak melalui reaktor nuklir tapi melalui fusi plasma tetapi setelah neutron itu bisa diproduksi untuk dijadikan radio isotop hanya ahli Indonesia yang bisa," kata Dahlan.
Dahlan Iskan juga mengatakan Indonesia sudah mengekspor Isotop medis ke negara tetangga seperti ke Malaysia, Singapura dan Bangladesh tapi menghadapi kendala reaktor nuklir untuk produksi besar. Indonesia sedang mempertimbangkan pembangunan reaktor nuklir baru di Serpong sebelum mendapat informasi akan terobosan teknologi Shine.
"Ketika persiapan-persiapan untuk membangun reaktor itu diperlukan ternyata INUKI mendapat informasi bahwa satu perusahaan di Amerika, ahli di Amerika sudah menemukan bagaimana cara memproduksi neutron tanpa harus menggunakan reaktor nuklir dengan pengayaan tinggi. Nah inilah cara yang terbaru, yang dulu diramalkan teknologi itu baru akan ada tahun 2050," tambah Dahlan.
Gregory Piefer, pimpinan Shine Medical Technology, pakar nuklir sekaligus pendiri perusahaan ini mengatakan bersemangat menjalin kerjasama dengan Indonesia karena pengalaman INUKI dan INA memproses neutron menjadi isotop medis.
Ia mengatakan, "Kami sangat tertarik untuk bekerjasama dengan Indonesia karena dua alasan yang pertama karena Indonesia mempunyai latar belakang teknis yang sangat kuat dalam memproduksi isotop medis, juga memiliki pengetahuan nuklir karena banyak berpengalaman dalam bidang tersebut."
Rincian bentuk kemitraan dan kerjasama antar ketiga perusahaan termasuk jumlah saham dan investasi dan lokasi pabrik di Indonesia masih akan dibicarakan lebih jauh namun berdasarkan MOU yang ditandatangani INUKI dan INA akan menggalang dana investasi bagi usaha Shine Medical Technology termasuk pembangunan pabrik isotop medis di Janesville, Wisconsin.
"Ini kita bicara porsinya Indonesia yang minoritas saja sekitar 80 juta dolar itu kira-kira yah hampir satu trilyun," kata Dahlan.
Ketiga perusahaan sangat optimis dengan prospek kerjasama dan kemitraan produksi isotop medis ini. Shine Medical Technology memperkirakan pabrik di Amerika saja nantinya akan mampu menyediakan 2/3 kebutuhan di Amerika atau 1/3 kebutuhan dunia. Pabrik di Indonesia nantinya diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar Asia Pasifik yang diperkirakan akan melampaui besarnya pasar Amerika dalam 10 tahun mendatang.
Penurunan produksi isotop medis juga membuat layanan kesehatan jutaan pasien bisa terganggu. Dua perusahaan Indonesia dan satu perusahaan Amerika baru saja menandatangani MOU untuk mengatasi masalah kelangkaan ini.
Perusahaan PT. Industri Nuklir Indonesia (INUKI) dan IPTN North America (INA), anak perusahaan PT Dirgantara Indonesia di Amerika, hari Senin 16 Juni 2014 di Kedutaan Besar RI di Washington DC menandatangani MOU dengan perusahaan Amerika, Shine Medical Technology. Ketiga perusahaan tengah menjajagi produksi bersama isotop medis dengan energi nuklir rendah.
Ketiga perusahaan sepakat untuk membahas lebih jauh investasi INUKI dan INA dalam rencana pembangunan pabrik Molybdenum-99 (Moly-99). Moly-99 kemudian diubah menjadi bahan untuk pencitraan diagnostik. Bahan ini digunakan untuk membuat isotop medis yang digunakan dalam proses 40 juta MRI di seluruh dunia.
Menteri BUMN, Dahlan Iskan yang turut menyaksikan penandatanganan MOU mengatakan, Indonesia tertarik bekerjasama dengan Shine Medical Technology karena perusahaan tersebut adalah penemu sistem teknologi medis baru.
"Jadi mereka keahliannya memproduksi neutron yang tidak melalui reaktor nuklir tapi melalui fusi plasma tetapi setelah neutron itu bisa diproduksi untuk dijadikan radio isotop hanya ahli Indonesia yang bisa," kata Dahlan.
Dahlan Iskan juga mengatakan Indonesia sudah mengekspor Isotop medis ke negara tetangga seperti ke Malaysia, Singapura dan Bangladesh tapi menghadapi kendala reaktor nuklir untuk produksi besar. Indonesia sedang mempertimbangkan pembangunan reaktor nuklir baru di Serpong sebelum mendapat informasi akan terobosan teknologi Shine.
"Ketika persiapan-persiapan untuk membangun reaktor itu diperlukan ternyata INUKI mendapat informasi bahwa satu perusahaan di Amerika, ahli di Amerika sudah menemukan bagaimana cara memproduksi neutron tanpa harus menggunakan reaktor nuklir dengan pengayaan tinggi. Nah inilah cara yang terbaru, yang dulu diramalkan teknologi itu baru akan ada tahun 2050," tambah Dahlan.
Gregory Piefer, pimpinan Shine Medical Technology, pakar nuklir sekaligus pendiri perusahaan ini mengatakan bersemangat menjalin kerjasama dengan Indonesia karena pengalaman INUKI dan INA memproses neutron menjadi isotop medis.
Ia mengatakan, "Kami sangat tertarik untuk bekerjasama dengan Indonesia karena dua alasan yang pertama karena Indonesia mempunyai latar belakang teknis yang sangat kuat dalam memproduksi isotop medis, juga memiliki pengetahuan nuklir karena banyak berpengalaman dalam bidang tersebut."
Rincian bentuk kemitraan dan kerjasama antar ketiga perusahaan termasuk jumlah saham dan investasi dan lokasi pabrik di Indonesia masih akan dibicarakan lebih jauh namun berdasarkan MOU yang ditandatangani INUKI dan INA akan menggalang dana investasi bagi usaha Shine Medical Technology termasuk pembangunan pabrik isotop medis di Janesville, Wisconsin.
"Ini kita bicara porsinya Indonesia yang minoritas saja sekitar 80 juta dolar itu kira-kira yah hampir satu trilyun," kata Dahlan.
Ketiga perusahaan sangat optimis dengan prospek kerjasama dan kemitraan produksi isotop medis ini. Shine Medical Technology memperkirakan pabrik di Amerika saja nantinya akan mampu menyediakan 2/3 kebutuhan di Amerika atau 1/3 kebutuhan dunia. Pabrik di Indonesia nantinya diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar Asia Pasifik yang diperkirakan akan melampaui besarnya pasar Amerika dalam 10 tahun mendatang.