Tautan-tautan Akses

Ilmuwan Semakin Dekat dalam Usaha Ciptakan 'Kehidupan Buatan'


Ilustrasi DNA double helix yang dirilis oleh National Human Genome Research Institute (foto: ilustrasi). Para pakar bahkan berharap bisa menyusun genome manusia dalam 10 tahun ke depan.
Ilustrasi DNA double helix yang dirilis oleh National Human Genome Research Institute (foto: ilustrasi). Para pakar bahkan berharap bisa menyusun genome manusia dalam 10 tahun ke depan.

Walaupun ada pertanyaan tentang masalah etika dan keamanan, para periset semakin dekat dalam usaha mereka menciptakan kehidupan.

Kini para pakar bahkan berharap bisa menyusun genome manusia dalam 10 tahun ke depan. Para investor juga menyuntikkan dana dalam jumlah besar untuk riset obat-obatan, bahan-bahan kimia dan bahan lainnya yang kini belum ada.

Kedengarannya seperti kisah-kisah sains-fiksi, di mana para pakar sibuk membuat designer babies, atau bayi yang memenuhi syarat-syarat fisik tertentu, ataupun menghidupkan kembali gajah purbakala yang disebut mamut berbulu.

Tapi kedua hal itu kemungkinan akan bisa terlaksana, karena para pakar hampir berhasil menciptakan kehidupan buatan.

Pakar biologi sintetik Drew Endy, yang berbicara dalam konferensi SynbioBeta di London mengatakan, ongkos untuk menyusun DNA, cikal bakal kehidupan, kini semakin murah dan akan mendorong riset ke bidang-bidang lain yang terkait.

“Ketika saya baru mulai mengajar di Massachusetts Institute of Technology atau MIT, ongkos menyusun satu huruf dalam DNA empat dollar. Kini hanya empat sen, dan karena itu saya bisa membeli 20.000 pasangan DNA dasar untuk bahan studi bagi mahasiswa saya. Tahun ini saya akan memesan 10 juta pasangan sel DNA lagi.”

Kelompok riset global mengumumkan belum lama ini bahwa mereka hampir berhasil menyusun genome sejenis ragi yang digunakan untuk membuat roti. Kata professor Drew Endy, ragi jenis baru ini akan lebih produktif dari ragi alami.

“Ragi adalah organisme penting yang digunakan untuk membuat roti, bir dan anggur. Jadi apa keunggulan ragi buatan ini? Jawabannya masih belum pasti, tapi kemungkinan akan bisa dipakai untuk membuat obat-obatan yang selama ini bahan dasarnya diambil dari tanaman. Tiap bahan tanaman alami, bisa dibuat dalam alat yang disebut fermenter dengan teknik peragian, dan bisa lebih diandalkan dan mudah untuk disebarluaskan.”

Tapi, biologi sintetik, seperti juga bentuk-bentuk rekayasa genetika lainnya, terutama dalam produksi bahan pangan, banyak dikecam orang.

Pakar riset genetika Thomas Bostick mengatakan, “Banyak orang khawatir akan jenis-jenis makanan yang kita konsumsi kini. Apakah makanan hasil rekayasa itu akan mengubah DNA kita? Jawabnya, tidak, karena kita punya DNA sendiri. Buah apel yang sudah diubah enzimnya, sehingga tidak akan berubah warna menjadi coklat setelah dipotong, rasanya tidak akan berubah, malahan mungkin lebih enak.”

Thomas Bostick dari perusahaan Intrexon Biotech mengatakan, perusahaannya menggunakan teknologi itu untuk menciptakan jutaan nyamuk yang telah diubah susunan genetikanya, untuk memusnahkan virus Zika. Nyamuk-nyamuk itu kemudian akan disebarkan di hutan-hutan di Brazil untuk membunuh nyamuk-nyamuk itu. [ii]

XS
SM
MD
LG