Presiden Vladimir Putin mengatakan ia berharap “situasi mungkin akan membaik, tetapi kalaupun akan berubah, tampaknya tidak akan terjadi dalam waktu dekat.”
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan perbaikan hubungan Amerika-Rusia bergantung pada “pulihnya skezofrenia politik yang memburuk” di Washington DC, namun menambahkan bahwa kedua negara tetap “jauh” dari hubungan yang lebih erat.
Putin hari Minggu (30/7) meminta Amerika mengurangi 755 dari 1.200 staf diplomatik yang ada di negara itu. Kebijakan ini merupakan tanggapan terhadap sanksi-sanksi baru yang diberlakukan Amerika terhadap Rusia karena dinilai telah mencampuri pemilu presiden tahun 2016 guna membantu kemenangan milyarder real estat Donald Trump menuju ke Gedung Putih.
Pemangkasan staf diplomatik ini merupakan pemangkasan terbesar di Kedutaan Besar Amerika di Moskow dan konsulat-konsulat di seluruh Rusia, meskipun banyak yang dipecat kemungkinan adalah warga Rusia yang bekerja sebagai staf pendukung. Pemangkasan jumlah staf ini akan membuat jumlah staf dan diplomat kedua negara di kantor diplomatik menjadi sama, yaitu 455 orang.
Departemen Luar Negeri Amerika “menyesalkan” perintah Putin itu dan menyebutnya sebagai “tindakan yang tidak perlu”, dan mengatakan sedang mengkaji tindakan untuk menanggapi hal itu.
Wakil Presiden Mike Pence, yang sedang berkunjung ke Estonia, hari Senin (31/7) mengatakan “kami berharap ada hari-hari yang lebih baik, hubungan yang lebih baik dengan Rusia.”
Putin hari Minggu mengatakan pada jaringan televisi Rusia bahwa pemerintahnya bisa mengambil lebih banyak tindakan balasan terhadap Amerika, tetapi “hari ini saya masih menentangnya.”
Kongres Amerika Kamis lalu (27/7) menyetujui sanksi-sanksi baru terhadap Rusia, satu paket sanksi yang juga mencakup langkah-langkah baru terhadap Iran dan Korea Utara. Hari Jum’at (28/7) Kementerian Luar Negeri Rusia menyampaikan pengumuman pertama tentang balasan yang mereka ambil, dengan mengatakan sanksi-sanksi itu mengukuhkan “agresi ekstrem” yang diambil Amerika terhadap urusan internasionalnya.
Selain pemangkasan besar-besaran staf diplomatik Amerika itu, Rusia mengambilalih kembali dua fasilitas yang selama ini digunakan Amerika, yaitu sebuah fasilitas pergudangan dan tempat peristirahatan.
Presiden Amerika Donald Trump belum menandatangani RUU tentang sanksi-sanksi baru terhadap Rusia itu, tetapi Gedung Putih mengatakan ia akan melakukannya.
Ketika Kongres merundingkan RUU itu selama beberapa pekan, pembantu-pembantu Trump keberatan dengan ketentuan yang memberi waktu 30 hari bagi anggota-anggota Kongres untuk meninjau dan menghalangi upaya presiden melunakkan sanksi terhadap Rusia. Ini mencakup keputusan mantan presiden Barack Obama untuk menutup dua kompleks Rusia dan pengusiran 35 diplomat Rusia yang diduga mencampuri pemilu.
Analis politik di Amerika telah memperkirakan bahwa Trump – dalam upaya melunakkan ketegangan dengan Rusia – mungkin akan mengubah sanksi-sanksi yang sudah dikenakan Obama ketika berkuasa Januari lalu, tetapi ia tidak melakukannya.
Sejak saat itu, awal pemerintahan Trump didominasi beberapa penyelidikan terkait campur tangan Rusia dalam pemilu, termasuk apakah pembantu-pembantu Trump berkolusi dengan Rusia untuk membantu kemenangannya. Penyelidikan-penyelidikan itu juga meneliti apakah Trump telah menghalangi penyelidikan dengan memecat Direktur FBI James Comey, yang memimpin penyelidikan FBI sebelum akhirnya Kongres menunjuk mantan direktur FBI Robert Mueller untuk mengambilalih penyelidikan tersebut.
Rusia telah menolak kesimpulan komunitas intelijen Amerika bahwa Putin secara pribadi mengarahkan intervensi dalam pemilu tahun 2016 itu. Trump juga mengesampingkan penyelidikan itu sebagai “upaya mencari masalah” dan alasan bagi Partai Demokrat untuk menjelaskan kegagalan mereka memenangkan calon presiden Hillary Clinton. [em/jm]