Pemerintah Rusia sedang kesulitan memblokir sebuah aplikasi pengiriman pesan yang disebut Telegram. Usaha mereka untuk memutus akses ke aplikasi itu malah menimbulkan kekacauan pada sejumlah situs dan layanan online di Rusia yang tidak ada hubungannya dengan Telegram.
Kesulitan yang dihadapi dinas pengawasan internet Rusia ini sudah berlangsung lebih dari tiga pekan, tepatnya setelah sebuah pengadilan memberlakukan larangan terhadap Telegram mulai 13 April. Larangan tersebut diberlakukan setelah perusahaan pengelolanya menolak untuk menyerahkan kunci enkripsi yang memungkinkan pihak berwenang mengakses pesan-pesan pribadi para pengguna Telegram.
Pavel Durov, pendiri Telegram yang mengucilkan diri atas keinginan sendiri, sesumbar mengatakan, para pengguna aplikasi itu tidak terganggu sejak Kremlin berusaha melarangnya. Kepala-kepala dinas intelijen Rusia mengatakan, mereka memerlukan akses ke pesan-pesan Telegram yang dikirim para teroris dan kriminal.
Sementara tidak menimbulkan banyak masalah bagi Telegram, usaha-usaha penyensoran terhadap aplikasi itu telah mengakibatkan terblokirnya akses ke sejumlah situs dan layanan online. Sejumlah warga Rusia kesulitan melakukan transaksi pembelian melalui internet, mulai dari tiket bioskop hingga asuransi mobil. [ab/uh]