Majelis Umum PBB melanjutkan pertemuan tahunannya, Rabu (26/9), dengan pidato-pidato dari para pemimpin Irak, Yaman, Afghanistan, Kuba dan Inggris, sementara Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan di sela-sela sidang itu untuk membahas beberapa topik, termasuk pengaruh Iran di Timur Tengah, dan isu-isu seputar non-proliferasi senjata-senjata perusak massal.
Pertemuan Dewan Keamanan akan dipimpin Presiden AS Donald Trump, yang menyerukan kepada para pemimpin dunia dalam pidatonya di sidang Majelis Umum PBB, Selasa, untuk mengisolasi rezim Iran selama agresi negara itu berlanjut.
"Mereka tidak menghormati tetangga-tetangga mereka atau hak-hak kedaulatan negara-negara lain. Sebaliknya, para pemimpin Iran memanfaatkan sumber daya negara untuk memperkaya diri dan menyebarkan kekacauan di Timur Tengah dan ke kawasan lainnya,” kata Preside Trump, Selasa.
Trump bersikeras mengatakan bahwa kesepakatan nuklir 2015, untuk mengakhiri program senjata nuklir Iran, memberi keuntungan bagi para pemimpin Iran, dan mendorong negara itu meningkatkan anggaran militernya hingga hampir 40 persen untuk mendanai terorisme, kehancuran dan pembantaian di Suriah dan Yaman. AS sendiri, di bawah kepemimpinan Trump, mundur dari kesepakatan tersebut.
Trump mengatakan pemerintahnya mulai bulan lalu memberlakukan kembali sanksi-sanksi keras terhadap Iran yang sebelumnya dicabut berdasarkan kesepakatan nuklir itu. Ia juga mengatakan, AS akan memberlakukan lebih banyak sankasi pada 5 November dan setelahnya.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan kepada Majelis Umum PBB dalam pidatonya, tidak ada satupun negara yang bisa diajak berunding dengan paksa. Rouhani juga mempertanyakan bagaimana negaranya bisa mencapai kesepakatan dengan AS, yang menurutnya telah melanggar kebijakan-kebijakan pemimpin pendahulunya, Barack Obama. [ab/uh]