Gempa berkekuatan 7,4 skala Richter pada Jumat (28/9) pekan lalu itu meluluhlantakkan Kota Palu, kabupaten Donggala, dan kabupaten Sigi di Sulawesi Tengah. Gempa juga memicu tsunami setinggi 2-6 meter yang menyapu pesisir kota Palu dan Donggala.
Hingga laporan ini disampaikan Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi hingga kini masih terisolasi. Aliran listrik dan jaringan telekomunikasi juga masih belum berfungsi. Proses evakuasi di kedua wilayah itu terhambat oleh rusaknya jalan dan putusnya jaringan komunikasi.
Dalam jumpa pers di kantornya di Jakarta, Senin (1/10), Kepala Pusat Data dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan pemerintah Indonesia kini siap menerima bantuan internasional sesuai kebutuhan.
"Artinya, negara-negara sahabat yang sudah menawarkan bantuan kemanusiaan untuk penanganan di Sulawesi tengah silakan. Jadi bukan kita meminta bantuan internasional tetapi menerima tawaran dari negara-negara atau masyarakat internasional," kata Sutopo.
Sutopo menambahkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto ditunjuk sebagai koordinator dalam penanganan bantuan internasional tersebut. Sementara BNPB bersama Kementerian Luar Negeri sedang menyiapkan mekanisme dan prosedur sesuai aturan yang ada.
Sesuai arahan Wiranto, lanjut Sutopo, bantuan internasional harus bersifat selektif. Artinya pemerintah fokus pada negara-negara yang sudah menawarkan bantuan kepada pemerintah Indonesia dan negara-negara yang memang memiliki kapasitas.
Menurut Sutopo, ada enam kebutuhan dari bantuan asing tersebut, yakni alat angkut udara untuk landas pacu dua ribu meter, tenda pengungsi, pengolahan air, genset, rumah sakit lapangan dan tenaga medis, fogging.
Sejauh ini, terdapat sepuluh negara yang menawarkan bantuan kemanusiaan kepada pemerintah Indonesia, yaitu Australia, Amerika Serikat, Maroko, Korea Selatan, Uni Eropa, China, Singapura, Turki, Filipina, dan Swiss.
Sutopo mengatakan hingga Senin, 1 Oktober 2018, pukul satu siang, korban tewas berjumlah 844 orang. Sedangkan korban luka berat sebanyak 632 orang.
"Terdiri di kota Palu 821 orang meninggal, dimana 744 orang sudah diidentifikasi. Jenazah terus berdatangan tetapi tetap terus harus diidentifikasi. Di Kabupaten Donggala, sebelas orang, Kabupaten Parigi Moutong 12 orang. Di Sigi, yang juga mengalami kerusakan, kami belum mendapat informasi," tambah Sutopo.
Sutopo menekankan data itu bersifat sementara dan akan terus bertambah. Menurutnya, korban tewas akibat tertimpa reruntuhan bangunan dan tersapu gelombang tsunami.
Dia meminta media menggunakan data dari BNPB karena berasal dari posko resmi tanggap darurat. Sedangkan yang beredar sebanyak 1.203 orang meninggal hanya data perkiraan.
Lebih lanjut Sutopo mengungkapkan korban hilang sebanyak 90 orang, terdiri dari di Kelurahan Patoloan Induk, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu (29 orang), Donggala (17 orang), dan Kecamatan Tawaeli (44 orang). Sedangkan 632 orang lainnya luka berat.
Kebutuhan Logistik Pengungsi Belum Terpenuhi
Pengungsi tersebar di 103 titik di Kota Palu berjumlah 48.025 orang. Sutopo mengatakan BNPB belum mengetahui data pengungsi di kabupaten Parigi Moutong dan Sigi.
Sutopo mengakui kebutuhan dasar para pengungsi belum tercukupi karena BNPB masih kekurangan logistik, tenda, selimut, makanan, layanan kesehatan, dan sebagainya. Sutopo menekankan ada enam prioritas penanganan sehabis musibah gempa dan tsunami tersebut. Pertama, melanjutkan evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban. Untuk itu, perlu segera mendatangkan alat berat, terutama dari Palu. Namun dibutuhkan alat berat dalam jumlah banyak dan sudah diminta untuk didatangkan dari luar Palu, yakni Mamuju, Gorontalo, Poso, dan Balikpapan.
Ditambahkan, alat-alat berat ini diperlukan untuk membantu proses evakuasi, terutama terhadap korban tertimpa reruntuhan bangunan, longsor, dan lumpur. Personel tim SAR gabungan masih harus terus ditambah.
Prioritas kedua adalah pemakaman jenazah yang saat ini ada di rumah sakit. Karena sudah tiga hari, kondisi mayat sudah mengeluarkan bau sehingga dilakukan pemakaman massal hari ini di sebuah pemakaman umum di Kota Palu.
Prioritas ketiga, percepatan pemulihan jaringan listrik karena listrik belum menyala di semua Kota Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong. Prioritas keempat, perlu segera pemulihan pasokan BBM teratama untuk genset rumah sakit dan operator telekomunikasi.
Prioritas kelima adalah pasokan logistik dan makanan buat pengungsi. Prioritas keenam adalah percepatan pemulihan jaringan komunikasi.
Lebih lanjut Sutopo mengungkapkan terdapat 114 warga negara asing yang sedang berada di Palu dan Donggala saat terjadi gempa disusul tsunami. Satu warga Singapura sudah dievakuasi ke Jakarta dalam keadaan selamat, satu warga belgia sudah diselamatkan ke Jakarta dan satunya lagi masih hilang.
Seorang warga Korea Selatan diduga tertimbun di bawah reruntuhan Hotel Roa-roa, Palu. Enam warga Prancis juga belum diketahui nasibnya. Satu warga Spanyol sudah berada di Ternate dalam keadaan selamat. Tiga warga Malaysia dalam keadaan selamat, sepuluh warga Vietnam kemungkinan telah dievakuasi ke Makassar, 32 warga Thailand kini berada di Palu.
Sedangkan 21 warga China dalam kondisi aman di sebuah hotel di Palu, tujuh warga Sri Lanka selamat, 90 warga Belanda dalam kondisi aman di Donggala, 20 warga Jerman dalam keadaan selamat, satu warga Swiss juga aman di Donggala.
Pemerintah Kucurkan Rp 560 Miliar untuk Korban Gempa di Sulawesi Tengah
Sementara itu, Menteri Sri Mulyani mengatakan pemerintah telah mengucurkan dana sebesar Rp 560 miliar untuk membantu korban gempa di Sulawesi Tengah. Dana dialokasikan untuk sarana kesehatan, suplai makanan dan posko penampungan korban bencana.
Jumlah tersebut sesuai dengan permintaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diajukan pada hari Sabtu (29/9) kemarin. Menteri Keuangan belum dapat memastikan kecukupan dana tersebut .Jika anggaran itu habis, pemerintah akan terus memberikan dukungan.
"Permintaan dari BNPB,Hampir 560 milliar rupiah, dana on call k. Itu dana agar BNPB bisa melakukan operasi. Jadi pada saat hari-hari pertama ini menolong masyarakat semaksimal mungkin," ujar Sri.
Sri Mulyani menegaskan fokus saat ini bukan seberapa besaran dana atau rehabilitasi serta recovery, melainkan menyelamatkan dan menemukan korban yang masih tertimbun reruntuhan.
Ditambahkannya, BNPB akan bertugas melakukan pemanfaatan alokasi dana tersebut. Sebab tingkat kerusakan di masing-masing daerah di Sulawesi Tengah berbeda-beda sehingga anggarannya tidak bisa disamaratakan. [fw/em]