Mendiang jurnalis Arab Saudi yang bekerja di Harian Washington Post, Jamal Khashoggi, adalah salah seorang dari sekelompok wartawan yang dimasukkan ke dalam daftar “Person of the Year”atau “Tokoh Tahun Ini” oleh Majalah Time, sebuah pengakuan “pahit-manis,” kata rekan-rekannya.
Publikasi nama-nama tokoh tahun 2018 oleh Majalah Time itu berarti pengakuan terhadap seseorang atau sekelompok orang yang paling mempengaruhi berita di dunia dalam setahun terakhir, baik itu “berita baik maupun berita buruk.”
Jamal Khashoggi, yang dikenal sebagai pengecam Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman, dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada tanggal 2 Oktober lalu. Intelijen Turki mengatakan telah berbagi “semua bukti” mengenai pembunuhan itu dengan direktur CIA dalam kunjungannya ke negara itu. Badan Intelijen Turki (MIT) juga mengaku telah berbagi gambar-gambar video dan rekaman audio serta bukti-bukti lain yang dikumpulkan dari konsulat maupun tempat tinggal konsul Saudi di Istanbul.
Jamal Khashoggi dan jurnalis lain yang dimasukkan ke dalam daftar Majalah Time itu mewakili “penjaga” dan pejuang kebenaran.
Karen Attih, editor Opini Global di Harian Washington Post mengatakan, “Ini menyangkut ‘Penjaga Kebenaran’ dan ini berkenaan dengan wartawan. Kita tahu bahwa profesi kita terancam dari segala penjuru dan di banyak negara, dan Jamal hanyalah contoh dari itu. Pada saat yang sama, kita tahu, menurut saya, bahwa semua ini benar-benar tentang semua orang yang berani berbicara tentang kebenaran, yang berani menyampaikan cuitan di Twitter, yang berani menulis. Ini semua berarti melindungi semua orang yang ingin menyatakan pendapat, bahkan jika pendapat itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan oleh mereka yang berkuasa.”
Selain Jamal Khashoggi, wartawan lain yang dimasukkan ke dalam daftar tokoh tahun ini adalah staf dari Capital Gazette di Annapolis, Maryland, di mana lima anggotanya tewas dalam penembakan massal di kantor surat kabar itu pada bulan Juni lalu.
Selanjutnya, jurnalis yang juga dihormati adalah wartawan Filipina Maria Ressa, yang ditangkap atas tuduhan penggelapan pajak, serta pemimpin redaksi kantor berita Reuters Stephen Adler, yang menggunakan penghormatan terhadap wartawan Reuters Wa Lone dan Kyaw Soe Oo untuk mengulangi imbauannya bagi pembebasan mereka setelah kedua wartawan itu dipenjara selama hampir satu tahun. Kedua wartawan Reuters itu ditangkap dalam sebuah rekayasa polisi dalam upaya menghalangi pelaporan mengenai kekejaman militer di Myanmar. [lt]