Presiden Donald Trump pernah mengatakan bahwa ia tidak merasa perlu untuk mengunjungi pasukan di kawasan-kawasan berbahaya di luar negeri. Tetapi baru-baru ini Trump melakukan kunjungan ke Irak pada malam hari dengan pesawat yang lampunya dimatikan untuk bertemu dengan tentara A.S. dan menunjukkan bahwa ia masih mengikuti tradisi kepresidenan ini.
Trump tiba kembali di Washington DC dini hari Kamis (27/12), setelah melalui perjalanan 29 jam ke wilayah konflik yang dilakukan di tengah kegelapan malam.
Berbicara pada pasukan di sebuah pangkalan udara di Irak barat Rabu malam, Trump membela keputusannya untuk menarik pasukan dari Suriah.
Penilaiannya bertentangan dengan pendapat pejabat militer dan sekutu Amerika yang masih menganggap ISIS sebagai kekuatan yang telah menurun tetapi masih berbahaya. Menteri Pertahanan Amerika dan utusan khususnya untuk koalisi anti-ISIS mengundurkan diri setelah Trump membuat keputusan tanpa konsultasi dengan para pejabat keamanan nasionalnya.
Sebelumnya, Trump mendapatkan banyak kritik karena belum mengunjungi pasukan AS yang ditempatkan di kawasan berbahaya setelah dua tahun menjadi presiden. George W. Bush melakukan empat perjalanan ke Irak dan dua perjalanan ke Afghanistan pada masa kepresidenan; sementara Presiden Barack Obama melakukan empat kunjungan ke Afghanistan dan satu kali ke Irak.
Di Irak Trump mengatakan bahwa keputusan untuk menarik sekitar 2.000 tentara dari Suriah menggambarkan upayanya untuk mendahulukan kepentingan Amerika atau atau apa yang disebutnya sebagai kebijakan “America First”. (rw/ii )