Debat pertama capres-cawapres sudah dua hari berlalu. Tetapi topik-topik utama perdebatan, sikap dan jawaban capres-cawapres hingga pola perilaku mereka dan para pendukung yang disorot televisi dan disiarkan secara luas dari Bidakara-Jakarta, masih menjadi pembicaraan hingga akhir pekan ini. Salah satu yang menjadi sorotan adalah posisi dan sikap cawapres nomor urut satu, Ma'ruf Amin, yang lebih banyak diam.
“Saya banyak diam karena pertanyaan yang diberikan itu lebih banyak mengarah pada kebijakan Pak Jokowi. Jadi biar Pak Jokowi yang menjawab, karena sesuai porsinya,” ujar Ma'ruf kepada wartawan seusai menyambangi Pondok Pesantren Nur Antika di Tigaraksa, Tangerang, Banteng, Jumat (18/1). Durasi waktu yang telah diatur dalam debat pertama itu juga menjadi pertimbangan lain, tambahnya.
Sekali Bicara, Jawaban Ma'ruf Bermakna
Meskipun hanya sesekali menjawab, banyak netizen menilai jawaban Ma'ruf sangat berbobot. Misalnya ketika ia menambahkan pernyataan Joko Widodo tentang kesiapan program untuk penyandang disabilitas. Dalam 30 detik, Ma'ruf menjawab to the point, bahwa intinya adalah bagaimana mengubah paradigma perlakuan sehari-hari terhadap penyandang disabilitas.
"Saya kira penting membangun budaya masyarakat memberikan penghormatan kepada kelompok disabilitas. Disabilitas dan non-disabilitas harus disamakan perlakuannya," jawab Ma'ruf dengan tenang, disambut tepuk tangan penonton.
Ma'ruf: Tudingan Jadi “Alat Politik” Jokowi Meremehkan Kapasitas Saya
Ketika berkunjung ke Pondok Pesantren Nur Antika di Tigaraksa, Tangerang, Banten, Ma'ruf Amin juga membantah isu tak sedap yang kembali berhembus seiring sikap diamnya dalam debat pertama. Yaitu bahwa ia hanya dijadikan “alat politik” oleh Joko Widodo. Isu yang beredar, ujar Ma'ruf, Jokowi sengaja memilih pendamping yang sudah tua agar bisa diperalat.
Dalam pernyataan tertulis Tim Pemenangan Jokowi-Amin yang diperoleh VOA, Ma'ruf mengatakan isu itu terlalu meremehkan kapasitasnya sebagai orang yang pernah menjadi Rais Aam Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). “Ada yang bilang, Ma'ruf jadi alat Pak Jokowi. Saya bilang, masa saya Rais Aam PBNU, Ketua MUI, jadi alat? Itu terlalu meremehkan,” ujarnya.
Tetapi ia buru-buru menambahkan bahwa ia tidak mempermasalahkan hal itu selama istilah “alat” itu bertujuan untuk membangun kemashlahatan dan menghilangkan sesuatu yang berbahaya atau merusak. “Saya bersedia menjadi alat untuk kebaikan. Jadi saya minta semua warga NU, jangan terprovokasi oleh isu-isu yang tidak benar,” tegasnya. Ia menghimbau agar seluruh warga memeriksa ulang kebenaran informasi yang terima, “karena yang membuat dan menyebarkan hoaks, dosanya sama.”
Ma'ruf Berharap Raih 60% Suara di Banten
Lebih jauh Ma'ruf juga menyitir absennya wakil kalangan NU di posisi puncak pemerintahan pasca mendiang Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, yang menjabat sebagai presiden pada tahun 1999-2001. "Sejak Gus Dur jadi presiden, baru sekarang saya diminta jadi calon wakil presiden. Kalau saya jadi, saya harapkan nanti ada orang NU, bukan hanya jadi wakil presiden, tapi jadi presiden. Siapa tahu yang nanti jadi presiden dari NU Kabupaten Tangerang," ujar Ma'ruf disambut gelak hadirin.
Ditambahkannya bahwa ia berharap meraih suara di atas 60% di Tangerang, Banten.
Pilpres 2014, Prabowo Menang Telak di Banten
Dalam pemilihan presiden 2014, pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa ketika itu menang telak dengan 57,10% suara, setelah memenangkan tujuh dari delapan kabupaten/kota yaitu kabupaten Pandeglang, kabupaten Lebak, kabupaten Serang, kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Cilegon, dan Kota Tangerang. Satu-satunya kota dimana pasangan Jokowi-JK ketika itu unggul adalah di Kota Tangerang Selatan. (Ab/em)