Presiden Donald Trump dan para sekutu politiknya merayakan kemenangan hari Senin (25/3) setelah laporan yang disiapkan oleh penyelidik khusus Robert Mueller tidak menemukan bukti adanya kolusi antara kampanye kepresidenan Trump 2016 dan Rusia. Namun, Presiden Trump jelas tampak tetap tidak senang dengan penyelidikan tentang dugaan adanya campur tangan Rusia itu dan dengan mereka yang mendukungnya.
Ketika bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Presiden Amerika Donald Trump ingin mengungkapkan tentang penyelidikan mengenai dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu 2016 yang laporan akhirnya baru saja diserahkan ke Jaksa Agung.
“Saya akan memberitahu Anda. Saya cinta negara ini. Saya mencintai negara ini seperti saya mencintai apa pun, keluarga saya, negara saya, Tuhan saya. Tapi apa yang mereka lakukan, itu adalah narasi yang salah, itu adalah hal yang mengerikan. Kita tidak pernah bisa membiarkan itu terjadi lagi pada presiden lain,” kata President Donald Trump.
Meskipun tampak kesal, Trump kemungkinan akan merayakan kemenangan minggu ini setelah penyelidikan khusus yang dipimpin oleh Robert Mueller tidak menemukan bukti adanya kolusi antara Rusia dan kampanye Trump 2016, termasuk presiden sendiri.
Tetapi Mueller kurang konklusif tentang apakah presiden telah terlibat dalam obstruksi atau upaya menghambat proses keadilan.
Jaksa Agung William Barr memutuskan tidak ada bukti yang cukup untuk melanjutkan tuduhan itu, tetapi ia juga mengutip kesimpulan Mueller yang tidak membebaskan Trump dari kemungkinan adanya upaya obstruksi tersebut.
Sekutu-sekutu Trump berada dalam keadaan siap menyerang balik, dengan menarget media berita, termasuk Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders.
“Mereka tidak hanya melaporkan dan menyebarkan kebohongan yang memfitnah dan jahat, tetapi mereka mengharapkan pencopotan Presiden Amerika Serikat,” kata Sarah Sanders, juru bicara Gedung Putih.
Seorang pendukung kuat Trump lainnya, Senator Republik Lindsey Graham, mengatakan sudah waktunya bagi negara untuk menerima kenyataan dan bergerak maju. “Ada beberapa orang yang tidak akan pernah menerima laporan Mueller, apa yang saya katakan atau apa yang dilakukan oleh Jaksa Agung William Barr. Tetapi dengan standar yang masuk akal, Mueller menyelidiki kampanye Trump secara menyeluruh,” jelasnya.
Kalangan Demokrat yang beroposisi ingin tahu lebih banyak tentang fokus Mueller pada obstruksi keadilan.
Mereka juga menuntut agar laporan Mueller dirilis secara penuh, seperti disampaikan oleh ketua Komite Kehakiman DPR, Jerrold Nadler dari Partai Demokrat.
“Kesimpulannya menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban mengingat fakta bahwa Mueller menemukan bukti yang, dengan kata-katanya sendiri, tidak membebaskan presiden,” kata Rep. Jerrold Nadler.
Keputusan Mueller untuk tidak memberikan pendapat tentang obstruksi keadilan itu sangat signifikan, kata mantan jaksa federal Preet Bharara. “Itu adalah kasus yang sangat dekat. Bob Mueller memutuskan untuk tidak memastikan apakah dapat diajukan tuduhan atau tidak, dan kita hanya mengajukannya jika ada bukti substansial mengenai obstruksi,” jelasnya.
Pertanyaan yang masih melekat tentang obstruksi presiden itu juga bisa menjadi isu kampanye pemilihan presiden 2020 bagi para calon dari Partai Demokrat seperti Senator Bernie Sanders. “Saya ingin seluruh laporan sialan itu karena tidak ada seorang pun, terutama presiden ini, berada di atas hukum,” kata Bernie Sanders.
Trump kini mengandalkan keuntungan politik dari laporan Mueller itu sementara dia berancang-ancang hendak memulai kampanye pemilihan dirinya kembali tahun depan. [lt]