Iran mengklaim kemenangan moral dalam perselisihannya dengan Amerika Serikat terkait program nuklir Teheran. Presiden Iran Hassan Rouhani hari Minggu mengatakan, Washington telah gagal meraih dukungan internasional bagi sanksi-sanksi lebih keras terhadap Teheran yang meningkatkan produksi uraniumnya yang diperkaya.
Sementara itu media berita Inggris telah menerbitkan bocoran lain pernyataan mantan duta besar Inggris untuk Amerika Serikat. Dalam pernyataan itu disebutkan bahwa Presiden Amerika Donald Trump telah meninggalkan kesepakatan nuklir internasional dengan Iran hanya untuk membuat jengkel pendahulunya, Barack Obama. Berikut laporan wartawan VOA Zlatica Hoke selengkapnya.
Di hadapan massa yang bersorak sorai di kota Shirvan, Iran Utara, hari Minggu (14/7), Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa tekanan Amerika terhadap Iran telah gagal.
Rouhani mengatakan, “Selama 14 bulan terakhir, jalur apapun yang ditempuh Amerika, apakah itu jalur sosial, jalur politik, atau jalur hukum, itu menjurus pada kekalahan mereka.”
Pemerintahan Trump telah mendesak sekutu-sekutunya agar mendukung sanksi-sanksi tambahan terhadap Teheran setelah para pejabat Iran pekan lalu mengumumkan mereka telah melampaui batas cadangan nuklir Iran yang ditetapkan dalam perjanjian internasional tahun 2015. Pemerintahan Trump meninggalkan kesepakatan itu tahun lalu dan memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi terhadap Iran.
Teheran menyatakan program pengayaan uraniumnya tidak melanggar hukum internasional apapun.
Kazem Gharib Abadi, utusan Iran untuk PBB dan organisasi-organisasi internasional lainnya di Wina, mengatakan, “Anda tahu bahwa masalah pengayaan tidak dilarang berdasarkan Pakta Nonproliferasi. Ini adalah hak setiap anggota Pakta Nonproliferasi dan ini adalah hak Iran juga. Dan apa yang kami kerjakan itu dilakukan dengan cara yang sangat transparan, di bawah pengawasan IAEA (Badan Energi Atom Internasional), para inspektur IAEA ada di sana. Setiap aktivitas dilakukan di bawah pengawasan. Tidak ada sesuatupun yang kami sembunyikan.”
Tetapi menanggapi sanksi-sanksi yang melumpuhkan, Iran juga berupaya menghalangi pelayaran tanker-tanker minyak internasional di Teluk Persia. Pekan lalu, tiga kapal Iran berupaya menghalangi sebuah kapal tanker Inggris, tetapi kemudian mengakhirinya setelah sebuah kapal Angkatan Laut Inggris datang untuk menyelamatkan tanker tersebut.
Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengemukakan, “Kami terus memantau keamanan, dan terus mengevaluasi jenis keamanan yang kita perlukan untuk membuat pelayaran kapal Inggris tetap aman.”
Para pejabat pertahanan Amerika menyatakan mereka sedang mempertimbangkan pengawalan militer bagi kapal-kapal tanker yang berlayar melalui kawasan tersebut. Sebagai unjuk kekuatan, Pentagon hari Minggu mempublikasikan rekaman tayangan operasi logistik untuk kapal perangnya, Harpers Ferry, yang baru-baru ini bergabung dengan pasukan Amerika di kawasan Teluk Persia.
Menambah ketegangan sekarang ini, sebuah laporan media Inggris hari Minggu menerbitkan bocoran telegram diplomatik yang dikirim Duta Besar Inggris untuk Amerika Kim Darroch ke London. Dalam telegram tersebut Darroch mengatakan Trump meninggalkan kesepakatan nuklir tanpa alasan lain selain untuk membuat jengkel mantan Presiden Amerika Barack Obama.
Darroch mengundurkan diri pekan lalu setelah bocornya telegram-telegram diplomatik yang mengungkapkan bahwa ia menyebut pemerintahan Trump tidak becus dan tidak berfungsi. Dalam bocoran telegram terbaru yang diterbitkan, ia menyebut mundurnya Trump dari perjanjian nuklir itu sebagai “vandalisme diplomatik.” [uh/ab]