Pemimpin oposisi Kamboja Sam Rainsy telah tiba di Jakarta, Kamis (14/11), sementara laporan-laporan media menyebutkan ia awalnya ditolak masuk ke Indonesia.
Sam Rainsy dan para pemimpin CNRP lainya terpaksa berada di Malaysia selama beberapa hari terakhir setelah mereka dicegah masuk Kamboja. Mereka melewati tenggat waktu 9 November yang ditetapkan para pemimpin partai itu di pengasingan untuk pulang bersama-sama ke tanah air.
Pekan lalu, Sam Rainsy dicegah naik pesawat Thai Airlines ke Bangkok. Thailand memenuhi permohonan Phnom Penh untuk mencegah Rainsy dan rekan-rekannya masuk ke negara itu. Karena larangan tersebut, Rainsy akhirnya melakukan penerbangan ke Malaysia untuk bergabung dengan kolega-koleganya.
Pada Rabu (13/11), kantor berita Reuters melaporkan, Sam Rainsy lagi-lagi dicegah naik pesawat dan kali ini penerbangan ke Jakarta. “Malaysia Airlines melarang naik pesawat itu atas instruksi pihak berwenang Indonesia,” kata Reuters.
Namun, pemimpin oposisi Mu Sochua mengukuhkan, Sam Rainsy telah tiba di Indonesia, Kamis pagi, satu hari setelah dijadwalkan datang.
“Rainsy telah dengan selamat tiba di Jakarta, “ katanya kepada VOA, Kamis (14/11). “Kami demokrat dan kami harus berusaha menjalin persahabatan antara sesama, khususnya orang-orang demokrat di ASEAN yang memperjuangkan demokrasi.”
Sementara laporan-laporan menyiratkan, Rainsy dicegah naik pesawat, Rabu (13/11), pemimpin oposisi itu mengatakan, ia ketinggalan pesawat tanpa menyebutkan apakah ia menghadapi hambatan imigrasi.
“Saya ketinggalan pesawat dari Kuala Lumpur sore ini, namun akan naik pesawat berikutnya besok pagi ke Jakarta. Saya akan tiba di Bandara Soekarno-Hatta pukul 10.10 pagi dengan pesawat nomor penerbangan MH711,” kata Rainsy dalam cuitannya di Twitter, Rabu (13/11).
Para pejabat imigrasi Indonesia belum mengukuhkan bahwa Sam Rainsy sebelumnya dicegah masuk ke Indonesia, dan Kedubes Indonesia di Pnom Penh mengatakan kepada VOA, mereka tidak menerima instruksi dari pemerintah Indonesia terkait Sam Rainsy.
Meskipun pemerintah Kamboja bersikeras mengatakan akan menangkap para pemimpin CNRP di pengasingan setibanya di negara itu, dan meminta negara-negara tetangga ASEAN-nya untuk menangkap dan mendeportasi mereka, otorita penerbangan sipil pekan lalu mencegah semua maskapai penerbangan mengizinkan para pemimpin di pengasingan itu terbang ke Kamboja.
Juru bicara pemerintah Kamboja Phay Siphan mengatakan, Sam Rainsy berpergian di kawasan ASEAN sebagai turis pemberontak dan telah gagal dalam usahanya kembali ke Kamboja.
Phil Robertson, wakil direktur biro Asia Human Rights Watch, mengatakan, Indonesia pada akhirnya memutuskan untuk menghormati HAM tokoh-tokoh oposisi itu, ketimbang tunduk pada permohonan Phnom Penh.
"Sebagai salah satu dari sedikit negara anggota ASEAN yang menjunjung prinsip-prinsip demokrasi, Indonesia tampaknya bersedia mendengarkan apa yang ingin dikatakan Sam Rainsy dan kolega-koleganya di CNRP, dan ini merupakan perkembangan positif bahwa Indonesia mengizinkan mereka masuk, Sayang, Thailand, Vietnam dan Laos tidak mendukung prinsip-prinsip demokrasi ini,” kata Robertson melalui e-mail. [ab/lt]