Sebuah mobil Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengangkut sejumlah sampel pasien untuk uji virus corona diserang di bagian barat Rakhine, Myanmar, dan menewaskan supirnya.
PBB yang melaporkan kejadian itu tidak mengungkapkan siapa yang melakukan serangan di kawasan tersebut, di mana bentrokan antara pasukan pemerintah dan kelompok pemberontak Tentara Arakan sering terjadi. Kedua pihak membantah mendalangi insiden tersebut, dan bahkan saling tuduh.
Meski ada seruan global untuk melakukan gencatan senjata di tengah wabah virus corona, bentrokan kekerasan masih sering terjadi, dan bahkan semakin intensif belakangan ini. Myanmar sejauh ini memiliki 119 kasus virus tersebut yang telah dikukuhkan dengan lima meninggal dunia.
Ketika ditanya Reuters mengenai insiden tersebut, Mayor Jenderal Tun Tun Nyi, juru bicara militer Myanmar membantah keras pihaknya terlibat. “Mengapa militer menembak mobil itu. Mereka kan bekerja untuk kami, untuk negara kami. Kami bertanggung jawab atas keselamatan mereka. Setiap orang yang mempunyai otak tahu itu. Kalau Anda warga negara Myanmar Anda seharusnya tidak menanyakan itu,” katanya.
Seorang pekerja kesehatan lain terluka dalam serangan itu dan saat ini dirawat di rumah sakit.
Tentara Arakan, dan dua kelompok etnik bersenjata lainnya, menyatakan gencatan senjata selama bulan April dengan alasan wabah virus corona. Militer menolak usulan itu, dan seorang juru bicaranya mengatakan gencatan-gencatan senjata yang dideklarasikan pemerintah sebelumnya telah dilanggar kelompok-kelompok pemberontak. [ab/uh]