Paus Fransiskus, Rabu (8/7) menyatakan bahwa ribuan migran di kamp-kamp penahanan Libya tinggal dalam kondisi seperti di neraka.
“Anda tidak dapat membayangkan neraka yang ada di sana, di ‘kamp-kamp penahanan’ ini,” kata Paus asal Argentina itu dalam khotbahnya pada misa untuk mengenang tujuh tahun perjalanannya ke Lampedusa, pulau di Italia yang menjadi tempat pendaratan bagi banyak migran yang melakukan perjalanan berbahaya dari Afrika Utara.
Paus Fransiskus, yang menyerukan agar kamp-kamp itu ditutup, juga bertemu dengan para migran di pulau itu pada 8 Juli 2013, ketika ia pertama kali mengeluarkan imbauan untuk mengakhiri “globalisasi ketidakpedulian” yang dihadapi para migran di seluruh dunia.
Berbagai organisasi HAM menyatakan berbagai pelanggaran seperti pemerkosaan, penganiayaan dan kerja paksa menyebar luas di sekitar 20 pusat penahanan resmi di Libya, sebagian di antaranya dikelola oleh kelompok-kelompok bersenjata.
PBB menyatakan kamp-kamp lain yang tidak diketahui jumlahnya dikuasai para pedagang manusia.
Pusat-pusat penahanan Libya adalah tempat di mana para pencari suaka dipulangkan setelah diselamatkan oleh garda pantai Libya dan dibawa kembali ke darat.
Italia dan Uni Eropa telah banyak berinvestasi dalam meningkatkan kemampuan Garda Pantai Libya untuk berpatroli di sepanjang pesisirnya sebagai bagian dari kampanye untuk menghentikan arus migran ke Eropa. [uh/ab]