Polisi di Minsk, Belarus menggunakan meriam air untuk membubarkan massa, sementara sejumlah demo menentang Presiden Alexander Lukashenko memasuki pekan ke-9 berturut-turut pada Minggu (4/10).
Diperkirakan 100.000 orang turun ke jalan-jalan di ibu kota, Minggu (4/10).
Sejak presiden yang lama berkuasa itu mengklaim kemenangan dalam pemilu yang sangat diperebutkan pada 9 Agustus, para demonstran sejak itu rutin turun ke jalan, menuntut agar Lukashenko mengundurkan diri. Mereka juga menuntut agar para tahanan politik dibebaskan.
Lukashenko bersikukuh dirinya menang telak dalam pilpres -- meraih 80 persen suara -- meskipun terdapat banyak klaim di dalam dan luar negeri yang menyebut pemilu itu sangat dicurangi supaya dia tetap berkuasa.
Pada akhir pekan, Belarus membatalkan akreditasi semua jurnalis asing.
Akhir pekan lalu, Uni Eropa memberlakukan sanksi-sanksi terhadap sekitar 40 pejabat Belarus yang dituduh memalsukan hasil pemilu dan menindak keras protes-protes. Lukashenko tidak termasuk dalam daftar itu.
Kemarahan publik memuncak terkait penindakan keras terhadap protes-protes. Lebih dari 7.500 orang ditangkap dan polisi menggunakan kekerasan terhadap para demonstran.
Ratusan orang keluar dari tahanan polisi dengan lebam dan bekas siksaan di tangan para petugas keamanan Lukashenko.
Lukashenko telah mengatakan protes-protes itu didorong dan didukung oleh negara-negara Barat dan menuduh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) menggerakkan pasukan dekat perbatasan Belarus. Aliansi itu membantah tuduhan tersebut. [vm/pp]