Siklus politik kepresidenan AS mendekati puncaknya dengan sebagian pemilih sudah memberikan suaranya melalui pos atau pergi ke pusat pemungutan suara awal menjelang pemilihan 3 November.
Seperti halnya kampanye kepresidenan Presiden dari Partai Republik Donald Trump dan penantangnya dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden, yang melakukan upaya terakhir untuk meraih dukungan, pejabat keamanan pemilu semakin waspada, hari pemilihan ini tidak akan seperti yang lainnya dalam sejarah pemilu modern.
Karena pandemi virus corona, sebagian ahli memperkirakan sebanyak 80 juta orang di AS akan memilih melalui pos untuk pemilihan November, dibandingkan dengan sekitar 33 juta orang (yang memilih melalui surat atau memilih lewat pos karena berhalangan hadir langsung) dalam pemilihan presiden terakhir pada tahun 2016.
“Bersabarlah sedikit,” kata Christopher Krebs, direktur Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA), dalam diskusi di Billington CyberSecurity pada bulan September. “Mungkin akan memakan waktu sedikit lebih lama dalam melakukan penghitungan,” tambahnya.
Peringatan dari Krebs itu diikuti oleh pejabat lain di tingkat nasional, negara bagian dan lokal yang mendesak para pemilih AS dan media untuk menyelaraskan harapan mereka.
“Kenyataannya bukan lagi tentang hari pemilu. Ini mengenai periode waktu pemilihan," kata seorang pejabat senior di Departemen Keamanan Dalam Negeri pada Agustus, ketika berbicara kepada wartawan.
Meski demikian Presiden Trump tidak menyampaikan kesabaran yang sama.
“Saya ingin melihat hasil pemilu. Saya tidak ingin menunggu selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan," kata Trump kepada wartawan dalam jumpa pers 30 Juli lalu.
Presiden juga menolak mengatakan, apakah ia akan menerima hasil pemilu jika kalah?
"Kita ingin memastikan pemilu jujur dan saya tidak yakin bisa," kata Trump kepada wartawan sebelum meninggalkan Gedung Putih untuk perjalanan kampanye bulan lalu (24 September).
Bukan hal yang aneh jika hasil pemilu resmi membutuhkan waktu. Misalnya, Kongres tidak mengesahkan hasil kemenangan Trump dalam pemilihan presiden November 2016 hingga 6 Januari 2017.
Namun, berdasarkan hasil awal, Trump menyatakan kemenangan dan calon Partai Demokrat, mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, secara resmi mengaku kalah sebelum sebagian besar orang Amerika bangun sehari setelah pemilihan.
Tetapi jika prediksi pejabat pemilu saat ini terjadi, dan pejabat pemilu masih menghitung surat suara pada 4 November, itu akan menjadi yang pertama kalinya sejak pemilu presiden 2000 ketika warga Amerika harus menunggu beberapa waktu sebelum mengetahui siapa yang menang.[my/lt]