Para pengunjuk rasa berkumpul, Selasa (10/11), di dekat kediaman resmi Perdana Menteri Armenia di Yerevan beberapa jam setelah kesepakatan damai antara Armenia dan Azerbaijan diumumkan. Mereka mendobrak pintu dan merusak perabotan dalam ruang konferensi.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan siapa pun yang terlibat kerusuhan itu akan dihukum berat.
Pashinyan, Selasa (10/11) pagi, menandatangani kesepakatan dengan para pemimpin Azerbaijan dan Rusia untuk mengakhiri konflik militer mengenai wilayah Nagorno-Karabakh setelah lebih dari sebulan pertumpahan darah.
Deklarasi itu menyusul enam minggu pertempuran sengit dan kemajuan pasukan Azerbaijan. Pejabat-pejabat Azerbaijan, Senin (9/11), mengatakan pasukan mereka telah merebut puluhan lagi permukiman di Nagorno-Karabakh sehari setelah mengumumkan kemenangan dalam pertempuran untuk kota terbesar kedua di wilayah kantong tersebut.
Kantor berita resmi Rusia mengukuhkan berita itu. Belum ada reaksi resmi langsung dari Azerbaijan.
"Keputusan itu dibuat berdasar analisis mendalam tentang situasi pertempuran itu dan hasil diskusi dengan para pakar terbaik dalam bidangnya," ujar Pashinyan di media sosial.
Ia menambahkan, "Ini bukan kemenangan tetapi tidak ada kekalahan sampai kita menganggap diri kita kalah. Kami tidak akan pernah menganggap diri kami kalah dan ini akan menjadi awal baru era persatuan nasional dan kelahiran kami kembali." [ka/pp]