Sejumlah demonstran berkumpul di ibu kota Myanmar hari Rabu (11/11) setelah partai oposisi utama yang didukung militer menolak hasil pemilu lalu, dengan menyitir adanya ketidakadilan.
Kelompok yang beranggotakan sekitar 50 orang itu berdiri di luar kantor Komisi Serikat Pemilu UEC di Naypyitaw.
Polisi dengan pentungan dan pelindung berdiri di dalam kompleks UEC itu.
Sementara itu berbicara dalam sebuah konferensi pers di Yangon, pejabat Partai Pembangunan & Serikat Solidaritas USDP menuntut UEC melangsungkan pemilu lain, dengan mengatakan seharusnya UEC bekerjasama dengan militer untuk memastikan agar pemilu berlangsung bebas dan tidak bias.
UEC mengatakan tidak akan mengomentari tudingan USDP karena tidak ada bukti yang diajukan.
Penghitungan suara tidak resmi pada hari Selasa (10/11) atas pemilu di Myanmar menunjukkan Partai Liga Nasional Untuk Demokrasi NLD pimpinan pemenang anugerah Nobel Aung San Suu Kyi memenangkan secara absolut mayoritas kursi di parlemen, membuatnya dapat kembali berkuasa untuk masa jabatan kedua.
Hasil resmi pemilu hari Minggu lalu (8/11) yang dipasang di dunia maya oleh UEC belum menunjukkan kemenangan NLD, tetapi jelas bahwa NLD jauh memimpin. UEC memastikan Suu Kyi telah memenangkan kursi yang diperebutkan.
NLD sendiri telah mengklaim kemenangan pada hari Senin (9/11).
Sebuah layanan penghitungan suara independen, Yway Mal, hari Rabu (11/110 mengatakan NLD telah memenangkan 361 kursi di majelis rendah dan tinggi, melebihi batas 322 kursi untuk menguasai parlemen.
Sejauh ini USDP meraih 21 kursi, sementara 48 kursi lainnya dimenangkan oleh partai-partai lain, demikian pernyataan UEC. [em/lt]