AS kembali mencatat rekor tertinggi jumlah infeksi COVID-19 dalam satu hari, Rabu (11/10). Data yang dikumpulkan "The COVID Tracking Project" menunjukkan lebih dari 144 ribu kasus baru yang dilaporkan di berbagai penjuru AS, melampaui 136 ribu lebih kasus baru yang tercatat sehari sebelumnya. Data juga menunjukkan 65.368 orang dirawat inap karena COVID-19, memecahkan rekor 61.964 sehari sebelumnya.
Pada hari Rabu (11/10) juga tercatat 1.421 orang meninggal karena COVID, membuat rata-rata kematian lebih dari 1.000 per hari selama tujuh hari belakangan.
Angka-angka baru itu menambah jumlah kasus COVID-19 di AS menjadi lebih dari 10,4 juta sejak pandemi itu merebak awal 2020 di negara ini, termasuk lebih dari 241 ribu kematian, sebut Johns Hopkins University. AS terus menjadi negara dengan angka-angka terkait COVID-19 yang tertinggi di dunia. Negara bagian terpadat di AS, California, mencatat hampir 1 juta kasus COVID-19, menyusul Texas, yang menjadi negara bagian pertama yang mencatat tonggak suram itu pada hari Rabu.
Di Brazil, uji coba tahap akhir vaksin potensial COVID-19 telah dimulai kembali setelah regulator kesehatan negara itu menghentikannya karena ada kejadian “serius yang berdampak negatif” yang melibatkan seorang partisipan sukarela dalam penelitian itu.
Vaksin yang disebut CoronaVac itu dikembangkan oleh perusahaan farmasi China Sinovac. Vaksin tersebut dikecam oleh Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, yang kerap mengecam China.
Brazil membukukan angka tertinggi terkait virus corona di Amerika Selatan, dengan mencatat lebih dari 5,7 juta kasus terkonfirmasi dan 168.368 kematian, sebut Johns Hopkins University Coronavirus Resource Center.
Di Spanyol, pihak berwenang, Rabu (11/11) mengumumkan bahwa pengunjung dari negara-negara yang dianggap berisiko tinggi untuk COVID-19 akan diharuskan menunjukkan bukti tes negatif COVID sebelum dapat memasuki negara itu. Para pengunjung harus menyiapkan dokumen aslinya, baik berupa kertas maupun dokumen elektronik, yang menunjukkan tes itu dilakukan 72 jam sebelum rencana keberangkatan mereka.
Di Jepang, penyelenggara Olimpiade 2021, Kamis (12/11) mengatakan bahwa para atlet partisipan tidak akan diharuskan menjalani periode wajib karantina 14 hari sewaktu tiba untuk mengikuti pertandingan tahun depan. Kepala Eksekutif Olimpiade Tokyo Toshiro Muto mengatakan kepada para wartawan bahwa keputusan untuk mengizinkan penonton dari luar negeri menyaksikan pertandingan itu akan dirampungkan tahun depan. Tetapi, lanjutnya, mungkin saja mereka juga dibebaskan dari kewajiban karantina dua pekan.
Olimpiade musim panas Tokyo semula dijadwalkan berlangsung Juli dan Agustus tahun ini. Akan tetapi para penyelenggara pada bulan Maret memutuskan untuk menundanya setahun karena pandemi virus corona. [uh/ab]