Tautan-tautan Akses

Israel Teruskan Rencana Bangun 1.200 Rumah di Yerusalem Timur


Seorang pria melewati sekumpulan ternak yang sedang merumput di kawasan "Givat Hamatos", dekat Yerusalem Timur, 15 November 2020. (REUTERS / Ronen Zvulun)
Seorang pria melewati sekumpulan ternak yang sedang merumput di kawasan "Givat Hamatos", dekat Yerusalem Timur, 15 November 2020. (REUTERS / Ronen Zvulun)

Israel telah mengumumkan akan melanjutkan rencana untuk membangun lebih dari 1.200 rumah baru di Yerusalem timur. Palestina mengatakan langkah itu akan membuat masa depan negara Palestina mustahil karena akan membagi Betlehem dan Yerusalem timur. Pengumuman Israel itu bisa menyebabkan ketegangan antara Israel dan pemerintahan presiden terpilih AS Joe Biden.

Israel mengumumkan upaya membangun lebih dari 1.200 rumah di daerah yang disebut Givat Hamatos, yang berada di luar perbatasan tahun 1967. Israel mengatakan daerah itu berada di lingkungan Yerusalem, tetapi Palestina mengatakan itu adalah permukiman Yahudi yang dibangun di atas tanah yang diduduki Israel pada tahun 1967.

Upaya itu direncanakan akan dimulai 18 Januari, hanya dua hari sebelum Presiden terpilih Biden akan menjabat. Brian Reeves dari kelompok Israel Peace Now yang menentang perluasan pemukiman itu mengatakan kebijakan AS di bawah Biden bisa berubah.

“Kita memperkirakan di bawah Pemerintahan Biden kita tidak akan menyaksikan persetujuan permukiman sebanyak yang disaksikan di bawah Pemerintahan Trump. Tapi bisa dipahami ada lonjakan dalam persetujuan rencana permukiman dan kita akan menyaksikan konstruksi itu, awal pembangunan itu dalam empat tahun ke depan," jelas Brian Reeves.

Di bawah Presiden Donald Trump, kebijakan AS berubah dari menganggap pemukiman Yahudi sebagai ilegal menjadi mengakuinya. Rencana perdamaian Trump bahkan membuka jalan bagi Israel untuk mencaplok sepertiga Tepi Barat, meskipun rencana itu ditunda sebagai bagian dari kesepakatan untuk normalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain.

Pejabat Uni Eropa mengecam rencana Israel itu dengan mengatakan akan mempersulit masa depan negara Palestina. Pembangunan permukiman baru ini terletak antara Yerusalem dan Betlehem, dan para pengecam mengatakan itu akan mempersulit Palestina menjadikan Yerusalem timur ibu kota negaranya kelak.

Kawasan "Givat Hamatos", dekat Yerusalem Timur, 15 November 2020. (REUTERS / Ronen Zvulun)
Kawasan "Givat Hamatos", dekat Yerusalem Timur, 15 November 2020. (REUTERS / Ronen Zvulun)

Tetapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu baru-baru ini mengatakan Israel akan terus membangun di Yerusalem untuk menyejahterakan penduduk Arab dan Yahudi di kota itu.

Netanyahu mengatakan Israel akan membangun 4.000 unit rumah baru di Yerusalem, termasuk 1.200 unit di Givat Hamatos.

Netanyahu berulang kali mengatakan Yerusalem yang bersatu akan tetap berada di bawah kedaulatan Israel. Sudah ada hampir 500.000 pemukim Yahudi yang tinggal di Tepi Barat, bersama dengan lebih dari 200.000 di Yerusalem timur.

Brian Reeves dari Peace Now mengatakan perluasan permukiman pada akhirnya akan membuat negara Palestina menjadi mustahil.

Pengumuman Israel itu disampaikan beberapa hari sebelum lawatan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Israel. Media Israel melaporkan ia juga akan mengunjungi permukiman Yahudi dan menjadi pejabat senior AS pertama yang melakukannya dalam kapasitas resmi. [my/lt]

XS
SM
MD
LG