Tautan-tautan Akses

China Kecam Paus Atas Komentarnya Soal Muslim Uighur


Bendera nasional China berkibar di dekat menara Masjid Id Kah di Kota Tua di Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China, 6 September 2018.
(Foto: dok).
Bendera nasional China berkibar di dekat menara Masjid Id Kah di Kota Tua di Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China, 6 September 2018. (Foto: dok).

China mengkritik Paus Fransiskus, Selasa (24/11), atas sebuah bagian dalam buku barunya di mana ia menyebutkan penderitaan yang dialami kelompok minoritas Muslim Uighur di China.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian mengatakan pernyataan Paus Fransiskus itu “tidak memiliki dasar faktual sama sekali'.'

“Orang-orang dari semua kelompok etnis menikmati hak penuh untuk bertahan hidup, berkembang, dan berkeyakinan secara bebas,'' kata Zhao pada konferensi pers harian.

Zhao tidak menyebutkan kamp-kamp tempat lebih dari 1 juta orang Uighur dan anggota kelompok-kelompok minoritas Muslim China lainnya ditahan.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian. (Foto: dok).
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian. (Foto: dok).

Pemerintah AS dan pemerintah-pemerintah negara lainnya, bersama dengan kelompok-kelompok HAM, mengatakan fasilitas-fasilitas seperti penjara itu dimaksudkan untuk memisahkan Muslim dari agama dan warisan budaya mereka, serta memaksa mereka untuk menyatakan kesetiaan kepada Partai Komunis yang berkuasa di China dan pemimpinnya, Xi Jinping.

China, yang awalnya menyangkal keberadaan fasilitas tersebut, sekarang mengatakan bahwa fasilitas-fasilitas itu adalah pusat-pusat yang dimaksudkan untuk memberikan pelatihan kerja dan mencegah terorisme dan ekstremisme agama secara sukarela.

Dalam buku barunya "Let Us Dream" yang akan dirilis 1 Desember, Paus Fransiskus mencantumkan “orang Uighur yang malang '' di antara contoh kelompok-kelompok yang dianiaya karena kepercayaan mereka.

Paus Fransiskus menulis tentang perlunya melihat dunia dari sudut pandang lain “ke tempat-tempat dosa dan kesengsaraan, pengucilan dan penderitaan, penyakit dan kesendirian''.

Paus Fransiskus saat menyampaikan pidato mingguannya di perpustakaan istana Apostolik, Vatikan, 11 November 2020. (Vatican Media/Handout)
Paus Fransiskus saat menyampaikan pidato mingguannya di perpustakaan istana Apostolik, Vatikan, 11 November 2020. (Vatican Media/Handout)

Di tempat-tempat penderitaan seperti itu, “Saya sering memikirkan orang-orang yang teraniaya: Rohingya, orang Uighur yang malang, dan Yazidi. Apa yang ISIS lakukan terhadap Yazidi benar-benar kejam. Atau, orang Kristen di Mesir dan Pakistan yang terbunuh oleh bom yang meledak saat mereka berdoa di gereja,'' tulis Paus Fransiskus.

Fransiskus menolak untuk menyerukan agar China menghentikan tindakan kerasnya terhadap kelompok-kelompok agama minoritas, termasuk Katolik, yang membuat cemas pemerintahan Trump dan kelompok-kelompok HAM.

Vatikan bulan lalu memperbarui perjanjian kontroversialnya dengan Beijing tentang pencalonan uskup Katolik, dan Paus Fransiskus berhati-hati untuk tidak mengatakan atau melakukan apa pun yang menyinggung pemerintah China tentang masalah itu.

China dan Vatikan tidak memiliki hubungan formal sejak Partai Komunis memutuskan hubungan dan menangkap sejumlah pendeta Katolik pada 1949. [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG