Untuk pertama kali sejak pelantikannya, Presiden AS Joe Biden berbicara dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin, Selasa (26/1) sepakat untuk memperpanjang perjanjian senjata nuklir penting sambil menyatakan keprihatinan mengenai penangkapan tokoh pembangkang Alexei Navalny, kampanye spionase siber Moskow, dan imbalan untuk membunuh tentara AS di Afghanistan, kata dua pejabat senior pemerintahan Biden.
Sikap Biden tampaknya untuk menandai perbedaan tajam lainnya dengan sikap mantan presiden Donald Trump, yang kerap menyatakan kegembiraan atas hubungan hangatnya dengan pemimpin Kremlin itu. Pada saat bersamaan, Biden dan Putin sepakat bahwa Rusia dan AS harus menuntaskan perpanjangan perjanjian pengendalian senjata nuklir New START sebelum perjanjian itu kedaluwarsa pada awal Februari.
Sebuah pernyataan Kremlin mengenai percakapan itu menyebutkan kedua pemimpin “menyatakan kepuasan” atas pertukaran nota diplomatik yang membuka pintu bagi perpanjangan jalur cepat perjanjian tersebut. Kesepakatan yang dirundingkan tahun 2010 ini membatasi arsenal nuklir kedua negara pada tingkat 1.550 hulu ledak.
Hari Rabu (27/1), majelis rendah parlemen Rusia, Duma, bertindak cepat untuk meratifikasi perpanjangan tersebut.
Negosiasi terdahulu untuk memperpanjang perjanjian nuklir itu gagal pada musim gugur lalu, terutama karena desakan pemerintahan Trump agar China diikutkan dalam perjanjian bilateral tersebut.
Pernyataan dari Kremlin menyebutkan Biden dan Putin juga telah membahas keluarnya kedua negara dari Perjanjian Angkasa Terbuka, yakni suatu kesepakatan membangun sikap saling percaya yang memperbolehkan penerbangan pengintaian. Para pengamat menyatakan harapan kesepakatan itu dapat dihidupkan kembali.
Rusia dikabarkan berusaha menghubungi Biden pada hari-hari pertama masa jabatan empat tahunnya di Gedung Putih. Pemimpin AS itu baru menyetujuinya setelah ia telah siap dengan stafnya dan berkesempatan melakukan percakapan telepon dengan pemimpin tiga negara Barat sekutu dekat AS, PM Inggris Boris Johnson, Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Belum segera diketahui bagaimana Putin menanggapi Biden yang mengangkat isu-isu sulit di antara kedua negara.
Sebuah pernyataan Kremlin menyebutkan “normalisasi hubungan antara AS dan Rusia ada dalam kepentingan kedua negara” dan menyebut percakapan antara Biden dan Putin “efisien dan terus terang.”
Tidak lama sebelum menelepon Putin, Biden berbicara dengan Sekjen NATO Jens Stoltenberg, menegaskan komitmen AS terhadap perjanjian militer pasca-Perang Dunia II yang dibentuk sebagai aliansi dalam menghadapi ancaman agresi Rusia.
Semasa menjabat di Gedung Putih, Trump kerap bertengkar dengan sekutu-sekutu NATO, mengeluhkan mereka karena tidak cukup banyak berkontribusi untuk pertahanan bersama mereka. [uh/ab]