Badan pengawas obat-obatan Uni Eropa (EMA) Kamis (18/3) dijadwalkan melansir hasil awal penyelidikannya mengenai apakah ada hubungan antara vaksin COVID-19 yang dikembangkan AstraZeneca dan kasus-kasus pembekuan darah yang dialami sejumlah penerima vaksin itu.
EMA telah memeriksa 30 laporan gangguan pembekuan darah di antara 5 juta orang di Uni Eropa yang telah menerima vaksin AstraZeneca. Di antara pertimbangannya adalah apakah jumlah itu lebih umum daripada insiden yang ditemukan pada masyarakat secara umum.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Kamis (18/3) menyatakan melakukan evaluasinya sendiri terhadap data terbaru yang tersedia mengenai vaksin itu, tetapi sekarang ini WHO menganggap manfaat vaksin itu lebih besar dibandingkan dengan risikonya.
“Dalam program vaksinasi yang meluas, negara-negara rutin memberi sinyal mengenai potensi efek samping setelah imunisasi,” sebut WHO dalam suatu pernyataan. “Ini tidak berarti bahwa kejadian itu terkait dengan vaksinasi itu sendiri, tetapi menyelidikinya merupakan praktik yang baik.”
India hari Rabu (17/3) menyatakan akan terus menggunakan vaksin AstraZeneca.
Kekhawatiran mengenai vaksin tersebut mendorong sejumlah negara anggota Uni Eropa untuk menghentikan penggunaannya, di antaranya Jerman, Perancis, Italia dan Spanyol.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan kepercayaannya pada AstraZeneca pada hari Rabu (17/3), tetapi melanjutkan kritiknya terhadap laju pengiriman vaksin oleh perusahaan itu.
“Vaksin AstraZeneca sayangnya kurang banyak diproduksi dan kurang banyak dikirimkan, dan ini tentu saja mengurangi laju program vaksinasi,” katanya kepada wartawan.
Von der Leyen mengatakan Uni Eropa menargetkan untuk memvaksinasi 70 persen populasi orang dewasanya pada September mendatang. [uh/ab]