Rencana membuat kompetisi sepak bola baru, Liga Super, ternyata secara mengejutkan tidak memasukkan Bayern Munich dan Paris Saint-Germain.
Kantor berita Associated Press melaporkan kedua finalis Liga Champions tahun lalu tidak ada di dalam daftar belasan klub elit Eropa yang mengumumkan rencana tersebut pada Minggu (18/4).
Bayern akan sulit meyakinkan penggemar dan anggota klub, yang punya suara mayoritas dalam menentukan bisnis klub itu, tentang manfaat bergabung dengan klub-klub sempalan itu. Para pemilik PSG dari Qatar khawatir akan hal itu akan mengganggu Piala Dunia yang tahun depan akan digelar di Qatar dan kesepakatan siaran UEFA yang menguntungkan jika ada perang saudara di sepak bola Eropa.
Liga Super beranggotakan 12 klub dari Inggris, Spanyol dan Italia, dan membuka kesempatan untuk tiga lagi anggota pendiri, yang akan mendapatkan kursi permanen dalam kompetisi. Bayern, PSG, dan Borussia Dortmund telah dikaitkan dengan keanggotaan tambahan.
Kepala eksekutif Bayern Karl-Heinz Rummenigge yang akan kembali ke Komite Eksekutif UEFA pada Selasa (20/4), sebagai satu dari dua perwakilan klub, juga menunjukkan bahwa tim Bundesliga tidak akan mengkhianati sepak bola Eropa.
Asosiasi Klub Eropa (European Club Association/ECA) mengatakan pada Senin (19/4) bahwa Rummenigge telah diusulkan untuk menggantikan Presiden Juventus Andrea Agnelli. Agnelli mengundurkan diri sebagai kepala ECA dan dari posisinya di UEFA pada Senin (19/4) pagi, setelah nama Juventus diumumkan dalam rencana Liga Super.
Dalam sebuah pernyataan dari Jerman, Dortmund mengatakan bahwa pihaknya dan Bayern sama-sama menolak Liga Super dan lebih memilih mereformasi Liga Champions yang sudah ada.
Kedua klub berada di dewan ECA, yang mengadakan pertemuan darurat pada Minggu (18/4) setelah perwakilan klub Liga Super keluar dari organisasi tersebut. Rummenigge telah menjadi ketua kehormatan ECA sejak Agnelli menggantikannya sebagai pemimpin pada 2017.
"Pendapat dari anggota dewan ECA sangat jelas bahwa rencana untuk mendirikan Liga Super ditolak," kata CEO Dortmund Hans-Joachim Watzke dalam sebuah pernyataan.
"Kedua klub Jerman yang diwakili di dewan ECA, FC Bayern Munich dan Borussia Dortmund, mengajukan pandangan yang 100 persen identik dalam semua pembahasan."
“Saya pikir itu tidak akan bagus untuk sepak bola Eropa,” kata Flick pada Senin (19/4).
Aturan kepemilikan oleh penggemar di Jerman, yang dikenal 50 persen + 1 hak suara yang harus dimiliki anggota, menjadi batu sandungan bagi Liga Super.
Organisasi-organisasi penggemar klub Inggris menentang rencana itu, tetapi mereka tidak punya suara atau sedikit tentang bagaimana klub mereka beroperasi. Liga Super menunggu hingga pemilihan presiden klub di Real Madrid dan Barcelona baru-baru ini untuk meluncurkan rencananya.
Secara teori, para penggemar sepak bola Jerman bisa memblokir klub mereka untuk terlibat dalam kompetisi itu. Bayern dijadwalkan mengadakan rapat umum tahunan pekan lalu, tetapi ditunda hingga akhir tahun karena pandemi virus corona. Anggota Bayern memiliki 75 persen kepemilikan di perusahaan yang mengelola tim itu. Sisanya dipegang oleh sponsor.
Kontroversi di Liga Super memperumit upaya Qatar untuk meraih dukungan luas di Eropa untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun depan. Presiden PSG Nasser Al-Khelaifi memiliki koneksi luas di UEFA, dengan kursi di komite eksekutifnya. Dia juga ketua stasiun penyiaran beIN Media Group yang berbasis di Qatar. Perusahaan itu memegang hak siaran laga Liga Champions untuk sebagian besar wilayah dunia.
Politisi Perancis menentang konsep Liga Super. Kantor Presiden Emmanuel Macron mengatakan liga yang diusulkan "mengancam prinsip solidaritas dan prestasi olahraga" dan menjanjikan dukungan pemerintah untuk upaya-upaya menolak Liga Super. [na/ft]