Tautan-tautan Akses

Panik Melanda Saat COVID-19 Bobol Sistem Kesehatan India


Reaksi seorang kerabat dari pasien COVID-19 yang meninggal di krematorium di Jammu, India, Minggu, 25 April 2021. (Foto: Channi Anand/AP)
Reaksi seorang kerabat dari pasien COVID-19 yang meninggal di krematorium di Jammu, India, Minggu, 25 April 2021. (Foto: Channi Anand/AP)

Dokter Gautam Singh sangat khawatir dengan peningkatan setiap hari dari penggunaan mesin ventilator dan defisit oksigen yang diderita oleh India. Dia harus menyaksikan pasien-pasien yang sakit parah mulai kesulitan bernapas di unit gawat darurat tempatnya bekerja.

Sebagaimana para dokter lainnya di seluruh India, ahli kardiologi itu harus memohon dan meminjam tabung-tabung oksigen untuk mempertahankan nyawa pasiennya untuk satu hari lagi. India pada Senin (26/4) memecahkan rekor jumlah kasus harian COVID 19 dalam lima hari berturut-turut dengan 350 ribu kasus.

Pada Minggu malam, ketika persediaan oksigen di RS-RS sudah hampir habis, dokter ahli kardiologi berusia 43 tahun itu terpaksa mengirim cuitan dan mengunggah sebuah permohonan mengharukan bagi sumbangan tabung oksigen.

“Tolong lah, kirimi kami oksigen,” kata dokter itu dengan suara tertahan, seperti dikutip oleh Associated Press. “Pasien-pasien saya sekarat."

Satu dari sekian banyak pesan di Twitter yang meminta bantuan di tengah amukan pandemi virus corona di India. (Foto: Altaf Qadri/AP)
Satu dari sekian banyak pesan di Twitter yang meminta bantuan di tengah amukan pandemi virus corona di India. (Foto: Altaf Qadri/AP)

Awalnya, India dianggap sebagai kisah sukses memerangi pandemi. Namun, virus corona sekarang seperti berpacu menginfeksi penduduk India yang berjumlah 1,4 miliar jiwa. Sistem-sistem pun mulai bertekuk lutut. Pesan-pesan SOS seperti yang dikirimkan Singh menggambarkan suasana kepanikan.

Selain persediaan oksigen yang mulai menipis, unit-unit perawatan intensif (ICU) beroperasi dalam kapasitas penuh dan hampir semua ventilator terpakai. Seiring dengan melambungnya angka kematian, langit malam di beberapa kota di India tampak terang dari sejumlah pembakaran jenazah darurat karena krematorium-krematorium kewalahan dan jenazah-jenazah terpaksa dikremasi di tempat terbuka.

Pada Senin (26/4), India melaporkan tambahan 2.812 kematian, artinya setiap jamnya, sekitar 117 orang India meninggal akibat penyakit itu. Para ahli mengatakan angka-angka itu mungkin lebih rendah dari angka sebenarnya. Dengan tambahan kasus-kasus baru itu, India mencatat total 17,3 juta orang terinfeksi COVID-19, hanya kalah dari Amerika Serikat

Para kerabat dari seorang pasien COVID-19 yang meninggal menyalakan api di tempat pembakaran jenazah di sebuah krematorium di Jammu, India, Senin, 26 April 2021. (Foto: Channi Anand/AP)
Para kerabat dari seorang pasien COVID-19 yang meninggal menyalakan api di tempat pembakaran jenazah di sebuah krematorium di Jammu, India, Senin, 26 April 2021. (Foto: Channi Anand/AP)

Krisis yang makin memburuk itu tampak kontras dengan situasi yang mulai membaik di negara-negara yang lebih kaya, seperti AS, Inggris, dan Israel. Negara-negara tersebut sudah memvaksinasi sejumlah besar penduduk dan mengalami penurunan dalam jumlah kematian dan infeksi sejak musim dingin.

India memiliki populasi penduduk empat kali lipat dari AS, tetapi pada Senin (26/4), mencatat 11 kali lipat jumlah infeksi baru. Para dokter seperti Singh berada di garda depan, yang berusaha mendapatkan pasokan yang dibutuhkan agar pasien mereka tetap hidup.

Singh menerima 20 tabung oksigen pada Senin (26/4), yang hanya cukup untuk rumah sakit bertahan melalui hari hingga ventilator mulai membunyikan alarm lagi.

“Saya merasa tak berdaya karena pasien-pasien saya bertahan hidup jam demi jam,” kata Singh dalam wawancara melalui telepon. “Saya akan memohon (bantuan) lagi dan berharap seseorang mengirim oksigen yang membuat pasien-pasien saya hidup untuk satu hari lagi."

Tempat-tempat pembakaran jenazah darurat untuk mengkremasi jenazah pasien COVID-19 di sebuah lapangan di New Delhi, India, Sabtu, 24 April 2021. (Foto:
Tempat-tempat pembakaran jenazah darurat untuk mengkremasi jenazah pasien COVID-19 di sebuah lapangan di New Delhi, India, Sabtu, 24 April 2021. (Foto:

Meski situasi saat ini sudah buruk, para pakar memperingatkan situasi kemungkinan akan lebih memburuk.

Khrisna Udayakumar, direktur di Duke Global Health Innovation Center di Duke University, mengatakan India tidak mungkin menangani situasi seperti ini dalam beberapa hari mendatang.

“Situasi di India tragis dan mungkin akan makin memburuk dalam beberapa minggu hingga bulan,” ujarnya.

Dia menambahkan “Upaya global bersama untuk membantu India di tengah krisis” sangat diperlukan. [jm/ps/ft/au]

Recommended

XS
SM
MD
LG