PM Jepang Yoshihide Suga, Jumat (3/9) mengatakan ia tidak akan mencalonkan diri untuk kembali menjadi ketua partai berkuasa, Partai Demokrat Liberal (LDP), efektif mengakhiri jabatan perdana menterinya yang sangat tidak populer hanya setahun setelah ia menjabatnya.
Suga, yang nasib politiknya anjlok ketika berusaha keras untuk mengatasi pandemi virus corona, mengumumkan hal itu dalam konferensi pers singkat di Tokyo.
Langkah ini menimbulkan kemungkinan Jepang akan kembali ke periode kesulitan serupa terkait jabatan perdana menteri yang menandai sebagian besar dari beberapa dekade ini .
Suga mengambil alih jabatan perdana menteri September lalu, sewaktu pendahulunya, Shinzo Abe, mengundurkan diri karena alasan kesehatan.
Putra petani stroberi ini memiliki hubungan yang dalam dengan LDP yang dominan di Jepang. Namun ia tidak dapat mengatasi kritik yang luas, baik dari masyarakat maupun dari dalam LDP, mengenai pendekatannya terhadap pandemi.
Sebagian besar kritik berpusat pada keputusannya untuk melanjutkan rencana melangsungkan Olimpiade Tokyo musim panas ini, meskipun ada tentangan publik yang luas. Tidak alam setelah Olimpiade dimulai pada akhir Juli, Jepang menghadapi wabah virus coronanya yang terburuk.
Keadaan darurat yang diberlakukan untuk mengatasi wabah itu hanya berdampak kecil. Jumlah kasus COVID-19 terus tinggi berdasarkan standar Jepang, meskipun tingkat kematian akibat virus itu relatif rendah dibandingkan dengan di banyak negara maju lainnya.
Menurut jajak pendapat baru-baru ini oleh badan penyiaran publik NHK, sekitar 60 persen orang Jepang tidak puas dengan tanggapan Suga terhadap virus. Sekitar 57 persen responden menyatakan Olimpiade tidak diselenggarakan secara aman, sebagaimana yang diklaim pemerintah. Banyak yang kecewa dengan gerakan vaksinasi Jepang, yang baru belakangan ini saja meningkat. [uh/ab]