Tempat-tempat pemungutan suara dibuka di Moskow, Jumat pagi (17/9), sewaktu Rusia memulai tiga hari pemilu parlemen yang kemungkinan tidak akan mengubah corak politik negara itu.
Tidak ada perkiraan bahwa Rusia Bersatu, partainya Presiden Vladimir Putin, akan kehilangan dominasinya di Duma atau parlemen negara itu.
Yang menjadi pertanyaan utama dalam pemilu kali ini adalah apakah partai itu akan dapat mempertahankan mayoritas dua pertiganya, yang memungkinkannya untuk mengubah konstitusi.
Pertanyaan lain adalah apakah strategi "Smart Voting" yang dirancang oleh pemimpin oposisi yang dipenjara Alexei Navalny akan terbukti layak dapat mengguncang posisi Rusia Bersatu.
Pemilihan ini sangat penting karena Duma yang dipilih akan tetap berlaku pada tahun 2024, ketika masa jabatan Putin berakhir dan ia harus memutuskan apakah akan mencalonkan kembali atau memilih cara lain untuk tetap berkuasa.
Dalam penggunaan perdananya pada 2018, "Smart Voting" sempat memukul Rusia Bersatu. Para kandidat oposisi berhasil memenangkan 20 dari 45 kursi di dewan kota Moskow, dan setahun kemudian mengakibatkan Rusia Bersatu kehilangan mayoritasnya di dewan tiga kota besar lainnya.
Tidak jelas seberapa luas "Smart Voting" akan digunakan tahun ini setelah pihak berwenang memblokir akses ke situs webnya. Layanan itu tetap tersedia melalui aplikasi, tetapi Rusia telah mengancam akan mendenda Apple dan Google jika tidak menghapus aplikasi itu dari toko online mereka. Kementerian Luar Negeri Rusia pekan lalu memanggil Duta Besar AS John Sullivan dan menuding kedua raksasa digital Amerika itu ikut campur dalam pemilu Rusia.
“Tidak banyak intrik dalam pemilu kali ini. dan pada kenyataannya pemilu ini tidak akan meninggalkan jejak khusus dalam sejarah politik,'' kata Andrei Kolesnikov, analis di Carnegie Moscow Center, kepada Associated Press.
Meski demikian, Kamis (16/9), Putin mendesak rakyat Rusia untuk memberikan suara mereka dengan mengatakan bahwa pemilihan komposisi baru Duma tidak diragukan lagi peristiwa yang paling penting dalam kehidupan masyarakat negara itu.
Dengan 14 partai mengajukan calon untuk setengah dari 450 kursi Duma yang diperebutkan, pemilu kali ini tergolong lebih kompetitif. Tetapi tiga partai selain Rusia Bersatu, yang diharapkan mendapatkan dukungan di atas lima persen yang diperlukan untuk mendapatkan kursi, jarang menantang Kremlin. [ab/uh]