Partai Rusia Bersatu dukungan Kremlin yang berkuasa mengklaim telah meraih mayoritas super dua per tiga di majelis rendah parlemen Rusia, setelah pemungutan suara selama tiga hari yang menurut klaim oposisi yang meningkat telah dicemari oleh penyimpangan serta perusakan surat suara.
Pemilu ini dianggap luas sebagai bagian penting dari upaya Presiden Vladimir Putin untuk mengukuhkan cengkeramannya pada kekuasaan, menjelang pemilihan presiden 2021 ketika ia mungkin mencalonkan diri lagi, dengan menguasai majelis penting di Duma Negara (majelis rendah parlemen).
Pemungutan suara juga diwarnai oleh kurangnya partisipasi oposisi secara signifikan, setelah pihak berwenang menyatakan organisasi-organisasi yang terkait dengan tokoh oposisi yang dipenjarakan, Aleksei Navalny adalah “ekstremis”, praktis melarang siapapun dari jaringannya untuk mencalonkan diri.
Sewaktu mengklaim mayoritas di Duma, Sekjen Rusia Bersatu Andrey Turchak mengatakan kepada para pendukung di markas besar partai bahwa kemenangan itu diraih dengan “jujur dan bersih.”
Untuk pertama kali sejak 1993, para pemantau pemilu dari Organisasi bagi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) tidak hadir akibat pembatasan yang diberlakukan otoritas Rusia.
Pengamat menonton siaran langsung dari TPS di Pusat Pemantauan Pemilihan Umum Moskow pada hari kedua pemungutan suara dalam pemilihan parlemen di Moskow, Rusia. 18 September 2021. (REUTERS)
Dengan 90 persen surat suara telah dihitung, Komisi Pemilu Pusat menyatakan pada Senin pagi bahwa Rusia Bersatu, yang mendukung Presiden Vladimir Putin, telah meraih sedikit di atas 49,66 persen suara untuk Duma (parlemen) yang baru.
Pesaing terdekatnya, Partai Komunis, meraih 19,56 persen dan Partai Demokrat Liberal yang nasionalis menerima sekitar 7,51 persen. Dua partai lainnya, A Just Russia (Rusia Adil), dan partai pendatang baru, New People, masing-masing menerima 7,38 persen dan 5,33 persen suara.
Sewaktu mengklaim mayoritas di Duma, Sekjen Rusia Bersatu Andrey Turchak mengatakan kepada para pendukung di markas besar partai bahwa kemenangan itu diraih dengan “jujur dan bersih.”
Pada Senin pagi (20/9), Turchak mengatakan Rusia Bersatu diperkirakan meraih 120 kursi dari pemilu berdasarkan sistem partai proporsional dan 195 pemilu sistem distrik, membuatnya meraih 315 dari 450 kursi di Duma dan mayoritas dua per tiga yang akan terus memungkinkannya mengubah konstitusi.
Hasil dari pemungutan suara online di Moskow yang berpenduduk 12 juta orang, belum dihitung.
Salah satu pembantu utama Navalny, Leonid Volkov, menyatakan bahwa pihak berwenang berencana memanipulasi pemungutan suara online yang menguntungkan para kandidat partai berkuasa, khususnya di kota-kota liberal seperti Moskow dan St. Petersburg.
Komisi Pemilu Pusat menyatakan akan menerbitkan hasil pemilu di Moskow pada Senin malam.
Setengah dari 450 kursi di Duma dibagi berdasarkan sistem proporsional, sedangkan selebihnya dipilih berdasarkan pemilihan individu. Para pejabat pemilu mengatakan para kandidat Rusia Bersatu memimpin dengan perolehan 193 dari 225 kursi distrik, dengan sedikit di atas 72 persen suara telah dihitung.
Rusia Bersatu, yang sekarang menguasai 334 kursi dari 450 kursi di Duma, berusaha untuk mempertahankan mayoritas super di parlemen, yang memungkinkannya untuk mengubah konstitusi. Tetapi partai ini sangat tidak populer, dan survei dari penyelenggara jajak pendapat independen telah menunjukkan tingkat dukungan terendah dalam dua dekade sejak partai itu didirikan.
Dalam pemilu nasional tahun 2016, Rusia Bersatu hanya meraih sedikit di atas 54 persen suara.
Sikap apati menjadi keprihatinan utama pihak berwenang, karena para pemilih Rusia semakin sinis mengenai pemilu yang bebas dan adil di negara itu. Tingkat partisipasi pemilih kali ini sekitar 45 persen, kata Komisi Pemilu Pusat.
Selain menjadi ujian bagi Rusia Bersatu, pemilu tiga hari ini juga menjadi rintangan utama bagi Navalny, aktivis antikorupsi yang dipenjarakan. Sekutu-sekutu Navalny berkomitmen besar dalam strategi Smart Voting mereka, yang bertujuan untuk mengikis cengkeraman Rusia Bersatu dalam politik. [uh/lt]