Dalam sambutannya saat membuka Forum Bisnis Indonesia-Amerika Latin yang digelar di Jakarta pada Kamis (14/10), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan ada tiga hal yang dapat memperkuat hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Karibia.
Pertama, lanjut Retno, adalah meningkatkan segala upaya untuk menghubungkan kembali perekonomian antara Indonesia dengan kawasan Amerika Latin dan Karibia. Dia menyebutkan beragam pembatasan untuk menekan penularan virus COVID-19 telah menghambat interaksi bisnis secara langsung dan pergerakan orang antar negara. Seiring membaiknya situasi, sudah saatnya dibuka kembali perbatasan masing-masing negara. Salah satunya dengan membuka koridor perjalanan bisnis dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Dalam jangka panjang, menurut Retno, Indonesia dengan kawasan Amerika Latin dan Karibia bisa memperluas koridor perjalanan itu ke arah tujuan wisata. Namun Indonesia bersama kawasan Amerika Latin dan Karibia terlebih dahulu harus saling mengakui sertifikat vaksin COVID-19 yang dikeluarkan masing-masing negara.
Faktor kedua yang dapat memperkuat hubungan Indonesia dengan kawasan Amerika Latin dan Karibia adalah mempererat kerjasama di bidang industri kreatif, ekonomi digital dan konektivitas.
"Solusi-solusi inovatif merupakan pendorong kunci untuk mempercepat pemulihan ekonomi kita. Bagi kedua kawasan kita, ekonomi kreatif memainkan peranan besar dalam menigkat kualitas hidup dan mengurangi kemiskinan. Industri kreatif juga terbukti sangat gesit karena membujtikan dapat di tumuh di tengah situasi pandemi (COVID-19) dan di saat yang sama ekonomi digital juga berkembang," kata Retno.
Teknologi digital dan informasi sangat penting untuk membuat bisnis terus berjalan. Di Indonesia, hal ini ditunjukkan oleh lebih dari dua ribu perusahaan rintisan di bidang teknologi termasuk lima unicorn dan satu decacorn.
Retno menambahkan McKinsey memperkirakan paling tidak sepuluh unicorn baru akan lahir di Indonesia pada dekade mendatang. Karena itulah, sektor ekonomi digital ini berpotensi meningkatkan kerjasama Indonesia dengan kawasan Amerika Latin dan Karibia di bidang perdagangan digital dan ekonomi kreatif.
Untuk membangun ekonomi regional yang saling terhubung, kata Retno, maka Indonesia dengan kawasan Amerika Latin dan Karibia perlu menyelesaikan berbagai persoalan terkait konektivitas.
Faktor ketiga yang bisa mempererat hubungan Indonesia dengan negara-negara di Amerika Latin dan Karibia adalah kemitraan pada ekonomi berkelanjutan dan ramah lingkungan. Retno mengatakan Indonesia dan kawasan Amerika Latin serta Karibia sama-sama berkomitmen mengurangi emisi gas karbon global.
Oleh sebab itu lanjut Retno, Indonesia tengah mendorong pengembangan mobil listrik dan energi terbarukan termasuk bahan bakar ramah lingkungan serta panel surya. Retno mengundang negara-negara Amerika Latin dan Karibia memperkuat kerjasama investasi di sektor ekonomi ramah lingkungan.
Retno mengatakan perdagangan antara Indonesia dengan kawasan Amerika Latin dan Karibia bergerak ke arah yang positif. Nilai perdagangan antara Indonesia dengan kawasan tersebut mencapai US$ 8,25 miliar tahun lalu atau meningkat 6,45 persen dari nilai perdagangan sebesar US$ 7,75 miliar pada 2019.
Perkembangan positif itu, lanjut Retno, menjadi momentum utama bagi kedua pihak untuk mepercepat pemulihan ekonomi dan membangkitkan kembali perekonomian selepas pandemi COVID-19.
Kebijakan Proteksionisme
Dalam kesempatan yang sama Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengharapkan Forum Bisnis Indonesia – Amerika Latin dan Karibia ini mampu meningkatkan kerjasama antara kedua pihak. Saat ini lebih dari sepertiga total produksi global yang diekspor telah meningkatkan persaingan antar negara yang mengarah pada kompetisi yang tidak sehat, makin banyak negara menerapkan kebijakan proteksionisme dan kurangnya kepercayaan terhadap sistem perdagngan multilateral.
"Kita bahkan menyaksikan bagaimana perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina mengakibatkan pergolakan serius terhadap perdagangan global. Ini adalah sebuah masalah serius yang harus ditangani bersama-sama.
Karena itu, Lutfi menyerukan kolaborasi yang lebih konstruktif dan kerjasama yang lebih komprehensif antar negara termasuk antara Indonesia dengan negara-negara Amerika Latin dan Karibia.
Lutfi menegaskan kedua masih memiliki peluang besar untuk meningkatkan kerjasama perdagangan. Impor barang dari Amerika Latin dan Karibia baru yang mampu mengisi 0,5 persen pasar di Indonesia. Artinya masih di bawah Malaysia, Thailand, Vietnam dan Singapura.
Mantan Dubes RI Untuk Amerika itu mengingatkan Forum Bisnis ini sangat penting untuk meningkatkan kerjasama antara kedua negara karena perekonomian kedua pihak saling melengkapi.
Dia mengatakan Indonesia membutuhkan lebih banyak pasokan produk pertanian, produk bahan baku, produk manufaktur, dan produk jasa dari Amerika Latin dan Karibia.
Sebaliknya, Indonesia bisa memasok beragam produk makanan dan produk manufaktur.
Dubes Brasil Akui Posisi Penting Indonesia
Dalam sambutannya, Duta Besar Brasil untuk Indonesia Pedro Miguel da Costa e Silva mengatakan Indonesia merupakan mitra dagang penting bagi kawasan Amerika Latin dan Karibia.
Menurutnya kedua pihak hampir menyelesaikan proses dialog terkait kerjasama perdagangan dan ekonomi.
"Ini merupakan langkah penting untuk bergerak menuju dimulainya perundingan perdagangan. Saya harap hal tersebut segera terwujud dengan dukungan Anda kita bisa mengumumkan dimulainya perjanjian perdagangan," ujar Pedro.
Pedro yakin perjanjian perdagangan itu akan meningkatkan hubungan antara Indonesia dengan negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Karibia dan memberikan keuntungan bagi para pebisnis. (fw/em)