Dua bom yang dipasang pada sebuah bus yang membawa pasukan keamanan Suriah meledak di Damaskus pada jam sibuk pagi hari Rabu (20/10), menewaskan 14 orang dan melukai seorang lainnya, kata seorang pejabat militer.
Itu adalah serangan paling mematikan di Damaskus dalam beberapa tahun terakhir, dan sangat jarang terjadi sejak pasukan pemerintah pada 2018 merebut pinggiran kota yang pernah dikuasai oleh pemberontak dalam konflik selama satu dekade di Suriah.
Media pemerintah sebelumnya menggambarkan serangan itu sebagai ledakan bom pinggir jalan. Namun seorang pejabat militer Suriah yang tidak disebutkan namanya mengatakan ledakan itu disebabkan oleh beberapa bom yang sebelumnya dipasang di bagian luar kendaraan. Bom ketiga jatuh dari bus dan dibongkar oleh pasukan setelah dua ledakan awal, kata pejabat itu.
Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi sejumlah gerilyawan dan jihadis masih tinggal di dalam perbatasan negara itu dan berusaha menggulingkan Presiden Bashar Assad.
Tidak jelas apakah bom-bom itu diledakkan dari jarak jauh atau sudah waktunya meledak. Pejabat militer, yang dikutip di media pemerintah, itu mengatakan bahwa kedua bom meledak menjelang pukul 7 pagi waktu setempat. Belum jelas apakah semua yang tewas adalah penumpang bus.
Kedua bom meledak di persimpangan sibuk di ibu kota Suriah, dekat titik transfer bus utama di bawah jembatan yang dikenal sebagai Jembatan Presiden. Para penumpang berkumpul dan berpergian menuju berbagai bagian di ibu kota dan pinggirannya dari lokasi tersebut.
''Ini tindakan pengecut,'' kata komandan polisi Damaskus Mayor Jenderal Hussein Jumaa kepada TV pemerintah. Ia menambahkan bahwa pasukan polisi segera mengepung daerah itu dan memastikan tidak ada lagi bom. Ia mendesak orang-orang untuk melapor ke pihak berwenang jika melihat objek yang mencurigakan.
Jumaa mengatakan salah seorang korban yang terluka telah meninggal karena luka-lukanya pada Rabu malam sehingga jumlah korban tewas menjadi 14 orang.
Pasukan Assad sekarang menguasai sebagian besar wilayah Suriah setelah mendapat bantuan militer dari sekutunya, Rusia dan Iran. [ab/ka]