Oxfam, Amnesty International dan Emergency pada hari Jumat (29/10) mengadakan demonstrasi dadakan di Roma, sehari sebelum KTT G20 dimulai, untuk menuntut para pemimpin agar mengakhiri ketimpangan akses global ke vaksin dan perawatan virus corona.
Para aktivis mengenakan masker putih serta jas lab putih sewaktu mereka berdiri di dekat peti mati dengan tulisan ‘5 juta kematian’ di atasnya, seraya melempar-lemparkan uang ke udara.
Oxfam menyatakan protes dadakan itu merupakan seruan kepada para pemimpin dunia agar bertindak untuk menghentikan monopoli vaksin COVID, memungkinkan produksi di negara-negara berpenghasilan rendah di mana hanya sebagian kecil saja populasinya yang telah divaksinasi sekarang ini.
“Sementara kami berbicara, hanya 1,8 persen rakyat di negara-negara miskin yang telah divaksinasi penuh, dibandingkan dengan 60 hingga 70 persen di Eropa, misalnya, dan ini benar-benar tidak dapat diterima,” kata koordinator Oxfam untuk G20, Jorn Kalinsky, kepada Reuters.
“Apa yang kami tuntut dari G20 adalah mendistribusikan vaksin yang ada dengan cara yang lebih adil sehingga semua orang memiliki akses ke vaksin, di manapun ia tinggal,” lanjutnya.
Menjelang KTT itu, tiga organisasi menerbitkan laporan yang berjudul A Dose of Reality yang mencela, bagaimana negara-negara kaya sejauh ini telah mendonasikan 261 juta dosis vaksin COVID ke negara-negara berkembang, meskipun menjanjikan sumbangan 1,8 miliar dosis.
Menurut laporan itu, perusahaan-perusahaan farmasi, yang memiliki paten vaksin, mengalokasikan hanya 12 persen dosis untuk COVAX, prakarsa yang diluncurkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memastikan akses ke vaksin di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
“Jika kita ingin semua orang aman, semua orang harus divaksinasi,” kata juru bicara Oxfam Italia Francesco Petrelli. “Sekarang para pemimpin harus mengambil tindakan konkret untuk mewujudkannya.” [uh/ab]