Upaya pemerintah untuk terus menggalakkan investasi di dalam negeri tampaknya semakin membuahkan hasil. Hal ini dibuktikan dalam kunjungan terbaru Presiden Joko Widodo ke Uni Emirat Arab (UEA) pada minggu ini di mana lawatan tersebut berhasil menghasilkan komitmen investasi senilai $32,7 miliar.
Dalam jumpa pers secara virtual dari ibu kota Uni Emirat Arab (UEA), Abu Dhabi, pada Kamis (4/11) dini hari waktu Jakarta, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan di hari pertama kunjungannya ke negara Arab Teluk itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengadakan pertemuan dengan Putera Mahkota Abu Dhabi sekaligus pemimpin de facto UEA Syekh Muhammad bin Zayid al-Nahyan.
Retno menambahkan pertemuan antara kedua pemimpin itu, yang berlangsung sekitar 2,5 jam, membahas berbagai macam isu, termasuk di antaranya kerjasama energi terbarukan, pembangunan ibu kota baru, investasi, dan perdagangan.
"Selama kunjungan ini, terdapat komitmen bisnis dan investasi senilai $32,7 miliar dari 19 perjanjian kerjasama yang akan dipertukarkan besok di Dubai," kata Retno.
Ia kemudian menyebutkan beberapa komitmen bisnis dan investasi yang terjalin antara Indonesia dan UEA, di antaranya adalah kerjas ama antara INA (Otoritas Investasi Indonesia) dan Abu Dhabi Growth Fund, kerja sama antara INA dan perusahaan logistik DP World, kerja sama di bidang pembangkit listrik terapung antara Pertamina dan perusahaan energi terbarukan Masdar, serta manufaktur dan distribusi vaksin COVID-19.
Selain mengamankan kesepakatan dalam sejumlah kerja sama bisnis, Jokowi dan Bin Zayid juga membahas mengenai keberlanjutan dari proses Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Kedua belah pihak sepakat agar perjanjian tersebut dapat segera rampung setidaknya pada Maret 2022.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan komitmen investasi sebesar $32,7 miliar itu merupakan akumulasi dari investasi yang dikelola oleh INA dan Kementerian Investasi.
"Dalam konteks itu, pemerintah Indonesia telah bersepakat untuk bagaimana mendorong percepatan realisasi investasi dengan cara memberikan keyakinan dan jaminan kepada para investor untuk bagaimana percepatan perizinan termasuk di dalamnya percepatan persoalan-persoalan yang sifatnya menjadi kewajiban negara, termasuk di dalamnya insentif," ujar Bahlil.
Di samping itu, kata Bahlil, pemerintah akan membangun kolaborasi yang baik antara investor dari UEA dengan pengusaha Indonesia termasuk dari sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Ia menjelaskan bahwa tercapainya komitmen investasi tersebut menunjukkan citra Indonesia yang semakin baik di mata para investor UEA. Ia menegaskan bahwa pemerintah harus memberikan jalan mudah bagi investor dari berbagai negara untuk memudahkan mereka merealisasikan komitmen investasinya di Indonesia selama sesuai aturan hukum yang berlaku.
Dalam kunjungan tersebut, Bahlil juga dijadwalkan akan menghadiri pertemuan forum bisnis Indonesia-UEA pada Kamis (4/11) di mana ia akan melakukan pembicaraan dengan perusahaan besar asal Amerika Serikat (AS).
Bahlil berharap pertemuan forum bisnis tersebut dapat menghasilkan komitmen investasi lebih dari $35 miliar.
Sementara itu, Presiden Jokowi juga tak lupa untuk mengundang Bin Zayid untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 yang akan dilangsungkan di Bali pada Oktober 2022. Indonesia akan memegang tampuk presidensi kelompok negara G20 mulai 1 Desember mendatang.
G20 juga akan bekerja sama dengan berbagai mitra di Indonesia dalam berbagai sektor, di antaranya pada bidang pembangunan kota pintar, telekomunikasi, dan pengembangan laboratorium genomik. [fw/rs]