Polandia memperingatkan kemungkinan meningkatnya situasi yang menjurus pada konflik militer di wilayah perbatasannya dengan Belarusia, ketika ribuan migran berusaha menyeberangi perbatasan tersebut untuk masuk ke wilayah Uni Eropa.
Uni Eropa telah menuduh Belarusia mengarahkan para migran tersebut ke perbatasan, sebagai bagian dari kampanye 'perang hibrida'.
Para migran menggunakan sekop dan pemotong baut dalam upayanya untuk menerobos pagar kawat berduri yang didirikan Polandia pada Selasa (9/11), di sepanjang wilayah perbatasannya dengan Belarusia.
Lebih dari 12 ribu tentara Polandia dikerahkan di sepanjang perbatasan. Mereka membalas aksi para migran dengan semprotan merica dan gas air mata.
Para migran itu berasal dari beberapa negara seperti Afghanistan, negara-negara Timur Tengah dan Afrika, di mana kebanyakan dari mereka adalah laki-laki muda. Beberapa perempuan dan anak-anak juga terlihat dalam rombongan migran tersebut.
Beberapa migran diatanranya berbicara kepada televisi pemerintah Belarusia dalam video yang tidak dapat diverifikasi VOA.
"Kami tidak pergi ke Polandia. Kami akan ke Jerman. Ada kehidupan di Jerman, tidak di Polandia," kata seorang migran dalam video tersebut.
Polandia dan Uni Eropa menuduh Minsk mempersenjatai para migran dan mengundang mereka untuk memasuki Belarusia dan kemudian menggiring mereka ke wilayah perbatasan, terkadang dengan paksaan.
“Kami tahu, ini adalah operasi yang direncanakan sepenuhnya, bertujuan untuk mengganggu kedaulatan negara kami… Rezim Presiden Belarusia Aleksander Lukashenko menggunakan warga sipil sebagai senjata perang hibrida,” kata Perdana Menteri Polandia, Mateusz Morawiecki.
Belarusia membantah telah mengarahkan para migran ke perbatasan, dan menuduh Polandia 'mengajak perang'. [ps/lt]