Penggunaan batu bara China meningkat ke level tertinggi setidaknya sejak Maret 2015 setelah pihak berwenang memberikan izin untuk ekspansi tambang guna meningkatkan pasokan dan menurunkan harga yang mencapai rekor. Impor batu bara China dari Rusia melonjak pada bulan September, tetapi salah satu pemasok lamanya, Australia, tetap dikucilkan dari perdagangan yang menguntungkaPhil Mercern ini karena ada ketegangan diplomatik.
China, konsumen batu bara terkemuka dunia mengalami kekurangan energi yang dipicu oleh permintaan kuat dari sektor produksi dan industri, serta juga sektor rumah tangga. Pemerintah di Beijing bertekad untuk menghindari lebih banyak pemadaman listrik.
Menurut Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, sejak Juli, China telah menyetujui ekspansi di lebih dari 150 tambang batu bara. Angka dari Biro Statistik Nasional China menunjukkan produksi batu bara domestik melebihi 357 juta ton pada Oktober, naik dari 334 juta ton pada bulan sebelumnya.
Data resmi bea cukai juga menunjukkan bahwa China mengimpor sekitar 3,7 juta ton batu bara dari Rusia, bahan bakar utama untuk pembangkit listrik pada bulan September, naik lebih dari 25 persen sejak Agustus.
Namun, salah satu produsen batu bara utama dunia, Australia, tidak tercantum dalam daftar negara yang mengirimkan batu bara ke China.
Australia adalah pengekspor batu bara yang besar ke China sebelum larangan tidak resmi diberlakukan pada akhir 2020 setelah Canberra mendukung seruan untuk penyelidikan internasional tentang asal-usul COVID-19, penyakit yang pertama kali terdeteksi di China. Beijing menafsirkan langkah itu sebagai kecaman terhadap penanganan virusnya, dan kemudian melakukan berbagai pembatasan perdagangan.
China memang memiliki rencana jangka panjang untuk memangkas penggunaan batu bara dan bahan bakar fosil.
Sam Geall dari China Dialogue, sebuah kelompok kebijakan lingkungan, mengatakan kepada lembaga penyiaran Australian Broadcasting Corp. bahwa konsumsi batu bara China akan berubah-ubah dan mencerminkan kebutuhan politik domestik.
“Ada fleksibilitas selama lima tahun ke depan yang memungkinkan peningkatan pasokan batu bara, dan kemudian diturunkan lagi setelah 2025, dan itu mencerminkan isu ini dimana permintaan batu bara berubah-ubah dalam sektor energi China yang disertai dengan pemadaman listrik baru-baru ini. Sulit untuk segera memulihkan sektor besar ini dan ada tarik ulur di antara berbagai kekuatan dan kebutuhan, termasuk stabilitas sosial, lapangan pekerjaan, serta mempertahankan agar pasokan energi tetap stabil.”
Peningkatan produksi batu bara China terjadi pada saat India, dengan dukungan Beijing dan negara berkembang lainnya yang bergantung pada batu bara, menuntut perubahan dan menerbitkan sebuah amandemen pada menit-menit terakhir dalam pembicaraan iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia.
Kelompok negara ini mengubah susunan kata-kata pada kesepakatan akhir tersebut, dari "menghentikan total" menjadi "menghentikan secara bertahap" penggunaan batu bara. [my/jm]