Pengumuman Kementerian Pertahanan Rusia pada Sabtu (25/12) lalu bahwa 10.000 personil tentara yang dikerahkan di sepanjang perbatasan dengan Ukraina telah kembali ke pangkalan permanen mereka, tidak mengurangi kekhawatiran para pejabat dari pihak Barat yang melihat risiko meningkatnya aksi militer Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin pekan lalu menunjukkan kesediaan negaranya untuk mengikuti pembicaraan dengan Amerika dan NATO di tengah meningkatnya ketegangan yang terjadi akibat pengerahan lebih dari 100.000 tentara Rusia di dekat wilayah perbatasan antara Rusia dan Ukraina.
Dalam sebuah wawancara televisi pada Senin (27/12), Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Rusia masih menunggu tanggapan NATO terhadap berbagai syarat tentang jaminan keamanan yang diupayakan dari Barat demi melangsungkan pembicaraan itu. Hal ini mencakup pejabat pertahanan dan jenderal Rusia yang akan ikut serta dalam pertemuan itu.
“Kami telah mengatakan bahwa pembicaraan hanya masuk akal jika ada partisipasi langsung militer,” ujar Lavrov.
Ia menambahkan bahwa pembicaraan dengan pejabat-pejabat Amerika Serikat (AS) kemungkinan baru akan terjadi “tepat setelah Malam Tahun Baru,” tetapi Rusia masih menunggu kesepakatan tentang syarat-syarat bagi pertemuannya dengan NATO.
Jaminan keamanan yang diinginkan pemimpin Rusia itu akan menghalangi ekspansi keberadaan NATO lebih lanjut dan akan menghentikan kehadiran militer NATO di negara-negara Baltik atau di kawasan tengah Eropa yang telah bergabung dengan aliansi Barat sejak 1999.
Kremlin bersikukuh bahwa negara-negara bekas Uni Soviet, seperti Ukraina dan Georgia, seharusnya tidak bergabung dengan aliansi Atlantik.
Meskipun Amerika dan sekutu-sekutunya di NATO mengatakan mereka bersedia melakukan pembicaraan dengan Rusia, sejumlah diplomat Barat telah memperingatkan bahwa bentuk proposal Rusia itu saat ini belum dapat diterima.
Dalam conference call dengan wartawan pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri AS Karen Donfried mengatakan prospek pembicaraan itu akan lebih baik jika Rusia menurunkan eskalasi pengerahan militernya di sepanjang perbatasan dengan Ukraina.
“Dialog apapun dengan Rusia harus membahas keprihatinan NATO dan negara-negara lain tentang perilaku Rusia yang terus menerus mengancam dan didasarkan pada prinsip-prinsip utama dan dokumen dasar keamanan Eropa. Kami tidak akan mengkompromikan prinsip-prinsip utama di mana keamanan Eropa dibangun, dan bahwa semua negara berhak memutuskan kebijakan luar negeri dan keamanan mereka secara bebas dari intervensi pihak luar,” tambahnya. [em/rs]