Pasukan keamanan menewaskan dua orang dalam aksi protes yang berlangsung di Sudan untuk menentang kekuasaan militer pada Minggu (2/1), kata sebuah komite dokter.
Dengan demikian jumlah korban tewas bertambah menjadi 56 orang dalam protes-protes yang terjadi sejak kudeta pada 25 Oktober lalu, kata Komite Pusat Dokter Sudan.
Komite itu mengatakan korban pertama adalah seorang laki-laki berusia 20-an di ibu kota Sudan, Khartoum, yang tewas karena luka-luka di bagian kepala. Sementara laki-laki kedua tewas di Omdurman karena luka tembak di bagian dada.
Pasukan keamanan belum mengomentari kematian yang dilaporkan itu.
Sementara itu, Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok pada Minggu (2/1) mengatakan akan mengundurkan diri. Keputusan itu disampaikan kurang dari dua bulan setelah diangkat kembali sebagai bagian dari perjanjian politik dengan pihak militer.
Dalam pidato yang disiarkan TV, ia mengatakan perlu adanya perundingan untuk mencapai kesepakatan baru bagi transisi politik Sudan menuju demokrasi.
Hari Minggu (2/1) adalah ronde ke-12 dari rangkaian protes-protes besar yang berlangsung sejak kudeta milieter terjadi di negara tersebut. Video yang disiarkan di TV memperlihatkan pasukan keamanan menembakkan gas air mata ke arah para demonstran di Khartoum ketika para pengunjuk rasa berpawai menuju istana presiden.
Layanan internet dan ponsel di kota itu sepertinya terganggu menjelang protes-protes tersebut diadakan, kata beberapa saksi mata kepada Reuters.
Beberapa orang berhasil mengunggah gambar-gambar di media sosial yang memperlihatkan protes-protes di beberapa kota lain, termasuk Ad-Damazin, Port Sudan dan Sennar.
Semua jembatan yang secara langsung menghungkan kota-kota lain ke Khartoum juga tutup, kata seorang saksi mata kepada Reuters.
Militer merebut kekuasaan dalam kudeta 25 Oktober, yang mengakhiri perjanjian berbagi kekuasaan dengan kekuatan politik sipil. [vm/lt]