Pasar saham Rusia jatuh pada Senin (24/1) karena kekhawatiran akan perang telah memicu penjualan besar-besaran di mana puluhan miliar dolar hilang dari bisnis-bisnis terkemuka di negara tersebut.
Sementara kekhawatiran semakin meningkat bahwa Presiden Vladimir Putin akan meluncurkan invasi ke Ukraina, nilai tukar mata uang Rusia, rubel, jatuh pada catatan terendah dalam 14 bulan, sehingga memaksa Bank Sentral Rusia untuk turun tangan menghentikan pembelian secara teratur mata uang asing guna membantu mendongkrak nilai rubel.
“Bank of Russia telah memutuskan untuk tidak membeli mata uang asing di pasar domestik,” kata bank itu dalam sebuah pernyataan. “Keputusan ini dibuat dalam rangka mengurangi guncangan di pasar finansial.”
Bank biasanya secara teratur mengkonversikan penerimaan negara itu dari ekspor minyak dan gas guna menghindari mata uang rubel terdampak oleh naik-turun nilai komoditas global. Bank itu tidak merinci kapan pihaknya akan kembali membeli mata uang asing. Nilai rubel turun sebesar 2,3 persen pada perdagangan Senin (24/1) pagi tetapi kemudian nilainya stabil setelah pengumuman yang dirilis oleh Bank Sentral itu.
Sementara itu, pasar saham Rusia jatuh lebih dari 10 persen pada Senin (24/1), namun hanya tercatat turun sebesar 7 persen saja ketika perdagangan berakhir.
Sejak awal peningkatan aktivitas militer Rusia di wilayah perbatasannya dengan Ukraina pada Oktober lalu, pasar saham telah kehilangan lebih dari seperempat nilainya.
Anders Aslund, ketua dari Dewan Penasihat Internasional di Pusat Penelitian Sosial dan Ekonomi, sebuah kelompok peneliti kebijakan yang berbasis di Warsawa, Polandia, memprediksi bahwa pasar akan semakin terpuruk seandainya konfrontasi geopolitik antara Rusia dan kekuatan-kekuatan negara Barat seputar Ukraina memburuk. [jm/ka]