Tautan-tautan Akses

Korsel Perluas Uji Cepat di Tengah Rekor Infeksi COVID


Orang-orang menunggu tes virus corona di tempat pengujian darurat di Seoul, Korea Selatan, Rabu, 26 Januari 2022. (Foto: AP/Ahn Young-joon).
Orang-orang menunggu tes virus corona di tempat pengujian darurat di Seoul, Korea Selatan, Rabu, 26 Januari 2022. (Foto: AP/Ahn Young-joon).

Korea Selatan, Kamis (3/2), mulai memberlakukan kebijakan pengujian virus corona yang berpusat pada pengujian cepat setelah para pejabat kesehatan melaporkan rekor jumlah infeksi baru setelah liburan Tahun Baru Imlek.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KDCA) melaporkan 22.907 kasus baru, Kamis (3/2), hari kedua berturutan negara itu mencatat lebih dari 20.000 infeksi baru harian. Jumlah kasus baru di awal Februari ini sekitar lima kali lipat peningkatan dari kasus harian yang terlihat pada pertengahan Januari, ketika varian omicron yang sangat menular pertama kali menjadi dominan di negara itu.

Antrean panjang terlihat di sekitar pusat-pusat pengujian di Ibu Kota Seoul dan kota-kota besar lainnya, di mana kebanyakan orang diberikan alat tes antigen cepat untuk digunakan di bawah pengawasan petugas kesehatan, yang kemudian menyetujui tes laboratorium untuk siapa saja yang dites positif.

Seorang pelancong tiba di depan pusat pengujian COVID-19 di Bandara Internasional Incheon Di Incheon, Korea Selatan, Rabu, 1 Desember 2021. (Foto: AP/Ahn Young-joon).
Seorang pelancong tiba di depan pusat pengujian COVID-19 di Bandara Internasional Incheon Di Incheon, Korea Selatan, Rabu, 1 Desember 2021. (Foto: AP/Ahn Young-joon).

Sejak awal pandemi, Korea Selatan berpusat pada tes laboratorium PCR, yang dianggap paling akurat tetapi membutuhkan sejumlah besar petugas kesehatan untuk melakukan swab hidung dan tenggorokan, dan mesin berteknologi tinggi untuk menganalisis sampel.

Kebijakan pengujian baru yang dimulai Kamis memperluas penggunaan pengujian cepat dan ditujukan untuk menghemat tes laboratorium PCR untuk kelompok berisiko tinggi, termasuk orang-orang berusia 60-an dan lebih tua atau mereka yang memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelumnya.

Beberapa pakar menentang kebijakan baru tersebut, dengan mengatakan bahwa tes cepat tidak cukup sensitif untuk mendeteksi infeksi omicron secara andal dan meningkatkan kekhawatiran bahwa penularan dapat memburuk jika orang yang keliru mendapat hasil negatif terus beraktivitas dalam komunitas.

Namun pejabat kesehatan mengatakan negara itu terpaksa melakukannya karena keterbatasan tes laboratorium dan sumber daya medis mengingat kecepatan infeksi yang didorong oleh omicron. Para pejabat kesehatan juga memperluas perawatan di rumah dan telah mengurangi periode karantina untuk mereka yang terinfeksi dan orang-orang yang melakukan kontak dekat dengan mereka, dengan alasan kekhawatiran tentang gangguan besar di tempat-tempat kerja dan dinas-dinas layanan-layanan penting jika sejumlah besar orang terus-menerus ditempatkan di bawah karantina.

Sementara omicron menyebar jauh lebih cepat daripada versi virus sebelumnya, tingkat rawat inap dan kematian sejauh ini lebih rendah daripada kasus-kasus yang terkait dengan delta, kata pejabat senior KDCA Lim Sook-young sewaktu memberi keterangan kepada wartawan.

Lebih dari 85% dari 51 juta orang Korea Selatan telah divaksinasi lengkap dan lebih dari 53% telah menerima suntikan booster. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG