Tautan-tautan Akses

AS: Perundingan Nuklir Iran Berada di titik Krusial


Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki menggelar konferensi pers di Gedung Putih, Washington, pada 9 Februari 2022. (Foto: Reuters/Brendan McDermid)
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki menggelar konferensi pers di Gedung Putih, Washington, pada 9 Februari 2022. (Foto: Reuters/Brendan McDermid)

Gedung Putih, pada Rabu (9/2), secara terbuka menekan Iran agar secepatnya menghidupkan kembali persetujuan nuklir Iran yang tercapai pada 2015. Pihak Gedung Putih mengatakan bahwa kemungkinannya menjadi sangat kecil untuk menghidupkan kembali persetujuan tersebut jika kesepakatan tidak tercapai dalam beberapa minggu mendatang.

“Pembicaraan kita dengan Iran telah mencapai momen yang mendesak,” kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki kepada reporter. Ia mengatakan utusan khusus Amerika Serikat (AS) untuk Iran, Rob Malley, telah kembali ke Wina untuk melakukan pembicaraan tidak langsung dengan Iran.

“Sebuah kesepakatan yang menanggapi keprihatinan utama dari semua pihak sudah terlihat, tetapi jika tidak terjadi kesepakatan dalam beberapa minggu mendatang, kemajuan program nuklir Iran yang sedang berlangsung akan mustahil untuk [dibendung] kembali [dengan] JCPOA,” kata Psaki, mengacu pada persetujuan 2015 itu dengan menyebut singkatan dari Joint Comprehensive Plan of Action.

Komentar Psaki itu senada dengan komentar dari pejabat Departemen Luar Negeri AS yang mengatakan kepada wartawan pada 31 Januari lalu bahwa “kita hanya punya beberapa minggu lagi” untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu.

Berdasarkan kesepakatan itu, program nuklir Iran dibatasi dan akan lebih sulit memperoleh bahan untuk membuat bom, sebuah ambisi yang selalu dibantah oleh pihak Teheran. Sebagai imbalannya, AS dan negara-negara lain akan melonggarkan sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.

Mantan presiden Donald Trump membatalkan kesepakatan itu pada 2018, dengan mengatakan bahwa persetujuan tersebut gagal menghentikan dukungan Iran untuk proksi kawasan, dan memberi keringanan sanksi terlalu besar bagi Iran.

Trump kemudian memberlakukan kembali sanksi AS, sehingga menyebabkan Iran mulai melanggar batas-batas nuklir yang ditetapkan kesepakatan tersebut satu tahun kemudian. [jm/my]

XS
SM
MD
LG